Khamis, 30 Disember 2010
Pesanan Imam Al -Ghazali
Suatu hari, Imam Al Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al-Ghazali bertanya...
1 - Pertama, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?".
Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman dan kerabatnya.
Imam Ghazali menjelaskan semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "mati". Sebab itu sudah janji Allah SWT bahawa setiap yang bernyawa pasti akan mati.
"Tiap-tiap yang bernyawa akan merasai mati, dan bahawasanya pada hari kiamat sahajalah akan disempurnakan balasan kamu. Ketika itu sesiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke syurga maka sesungguhnya ia telah berjaya. Dan (ingatlah bahawa) kehidupan di dunia ini (meliputi segala kemewahannya dan pangkat kebesarannya) tidak lain hanyalah kesenangan bagi orang-orang yang terpedaya." ( Surah Ali Imran 185 )
2 - Lalu Imam Ghazali meneruskan pertanyaan yang kedua. " Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?"
Murid-muridnya ada yang menjawab negara China, bulan, matahari dan bintang-bintang. Lalu
Imam Ghazali menjelaskan bahawa semua jawapan yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "masa lalu". Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
3 - Lalu Imam Ghazali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?"
Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi dan matahari. Semua jawapan itu benar kata Imam Ghazali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu"
Justeru nafsu yang menguasai diri , menyebabkan manusia gagal menggunakan aqal , mata , telinga dan hati yang dikurniakan oleh Allah swt. untuk hidup berlandaskan kebenaran . Fenomena ini menyebabkan mereka terjerumus ke dalam Api neraka Jahanam .
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka jahanam banyak dari jin dan manusia yang mempunyai hati (tetapi) tidak mahu memahami dengannya (ayat-ayat Allah), dan yang mempunyai mata (tetapi) tidak mahu melihat dengannya (bukti keesaan Allah) dan yang mempunyai telinga (tetapi) tidak mahu mendengar dengannya (ajaran dan nasihat); mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi; mereka itulah orang-orang yang lalai." ( Surah Al A'araaf 179 )
Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka .
4 - Pertanyaan keempat adalah, " Apa yang paling berat di dunia ini?"
Ada yang menjawab baja, besi dan gajah. Semua jawapan hampir benar, kata Imam Ghazali, tapi yang paling berat adalah "memegang amanah"
"Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggungjawab amanah (Kami) kepada langit dan bumi serta gunung-ganang (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya (kerana tidak ada pada mereka persediaan untuk memikulnya); dan (pada ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya. (Ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan." ( Surah Al Ahzaab 72 )
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka kerana ia tidak bisa memegang amanahnya.
5 - Pertanyaan yang kelima adalah, " Apa yang paling ringan di dunia ini?".
Ada yang menjawab kapas, angin, debu dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghazali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan solat. Gara-gara pekerjaan, kita tinggalkan solat, gara-gara meeting kita tinggalkan solat.
6 - Lantas pertanyaan ke enam adalah, " Apakah yang paling tajam di dunia ini?".
Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang... Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "lidah manusia". Kerana melalui lidah, manusia dengan begitu mudah menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.
Rabu, 29 Disember 2010
Siapa Pembunuh Al Husain Radhiyallahu a'nhuma
Jika pada hari Asyura (10 Muharram), Sunni berpuasa atas perintah Nabi , ketika beliau bersabda, artinya, “Ia (puasa) ‘Asyura, menghapus dosa tahun lalu.” (HR. Muslim). Maka orang-orang Syiah menjadikan 10 Muharram untuk memperingati hari Karbala, yaitu hari terbunuhnya Al Husain bin Ali bin Abi Thalib—radhiyallahu ‘anhuma.
Mereka memperingatinya dengan meratap, melukai kepala dan badan mereka dengan senjata tajam. Bahkan balita yang masih dalam gendongan ibunya sekalipun, harus meneteskan darah demi “menyemarakkan” hari Karbala. Seperti itulah orang-orang Syiah mengekspresikan kecintaan mereka kepada Al Husain , salah seorang Ahlu Bait Rasulullah .
Tapi, jika saja mereka mau menapaktilasi sejarah, maka tentu mereka akan sadar bahwa sebenarnya, secara tidak langsung orang-orang Syiah terlibat dalam peristiwa pembunuhan Al Husain .
Orang-orang Syiah di Kufah Iraq yang tidak mau tunduk kepada pemerintahan Yazid bin Mu’awiyah rutin mengirim surat kepada Al Husain . Mereka mengajaknya untuk menentang Yazid. Mereka mengirim utusan demi utusan yang membawa ratusan surat dari orang-orang yang mengaku sebagai pendukung dan pembela Ahlul Bait.
Isi surat mereka hampir sama, yaitu menyampaikan bahwa mereka tidak bergabung bersama pimpinan mereka, Nu’man bin Basyir. Mereka juga tidak mau shalat Jumat bersamanya. Dan meminta Al Husain untuk datang kepada mereka, kemudian mengusir gubernur mereka, lalu berangkat bersama-sama menuju negeri Syam menemui Yazid.
Namun, ketika Al Husain datang memenuhi panggilan mereka, dan ketika pasukan ‘Ubaidillah bin Ziyad membantai Al Husain dan 17 orang Ahlul Bait di suatu daerah yang disebut Karbala, tak seorang pun dari orang-orang Syiah itu yang membela beliau.
Kemana perginya para pengirim ratusan surat itu? Mana 12.000 orang yang katanya akan berbaiat rela mati bersama Al Husain ?
Mereka tidak memberikan pertolongan kepada Muslim bin Uqail, utusan Al Husain yang beliau utus dari Makkah ke Kufah. Tidak pula berperang membantu Al Husain melawan pasukan Ibnu Ziyad. Maka tak heran jika sekarang orang-orang Syiah meratap dan menyiksa diri mereka setiap 10 Muharram, sebagai bentuk penyesalan dan permohonan ampun atas dosa-dosa para pendahulu mereka terhadap Al Husain .
Dalam tragedi mengenaskan ini, di antara Ahlul Bait yang gugur bersama Al Husain adalah putera Ali bin Abi Thalib lainnya; Abu Bakar bin Ali, Umar bin Ali, dan Utsman bin Ali.
Demikian pula putera Al Hasan, Abu Bakar bin Al Hasan. Namun anehnya, ketika Anda mendengar kaset-kaset, ataupun membaca buku-buku Syiah yang menceritakan kisah pembunuhan Al Husain , nama keempat Ahlul Bait tersebut tidak pernah diungkit. Tentu saja, agar orang tidak berkata bahwa Ali memberi nama anak-anak beliau dengan nama-nama sahabat Rasulullah ; Abu Bakar, Umar, dan ‘Utsman. Tiga nama yang paling dibenci orang-orang Syiah.
HUKUM MERATAPI JENAZAH
Terbunuhnya Al Husain tidaklah lebih besar dari dibunuhnya nabi-nabi. Kepala Nabi Yahya telah dipersembahkan kepada seorang pelacur. Nabi Zakaria pun dibunuh. Nabi Musa dan Nabi Isa—’alaihimas salam, umat mereka ingin membunuh mereka berdua. Dan beberapa orang nabi lainnya juga telah dibunuh.
Demikian pula Umar, Utsman, dan Ali terbunuh. Dan mereka jelas lebih utama dari Al Husain . Sehingga jika meratapi kematian Al Husain adalah sebuah kebaikan, tentulah terbunuhnya mereka lebih pantas untuk diratapi. Tapi apa kata Rasulullah ?
“Dua perkara yang menyerupai (perbuatan orang-orang yang) kufur di tengah manusia, yaitu: Mencela keturunan dan meratapi mayat.” (HR. Muslim).
“Bukan termasuk golongan kami orang yang memukuli pipi, merobek-robek saku dan berseru dengan seruan-seruan jahiliyah (pada waktu berduka).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan masih banyak hadits Rasulullah yang menyebutkan ancaman bagi para peratap.
Mestinya, seorang Muslim jika tertimpa musibah mengucapkan apa yang Allah perintahkan dalam firman-Nya, artinya,
“Yaitu orang-orang yang apabila mereka ditimpa musibah, mereka berkata, innaa lillahi wa innaa ilaihi roji’un.” (QS. Al Baqarah: 156).
Bukan seperti apa yang dilakukan oleh orang-orang Syiah pada hari ‘Asyuro.
MANUSIA MENYIKAPI PEMBUNUHAN AL HUSAIN
Dalam menyikapi terbunuhnya Al Husain , manusia terbagi menjadi tiga kelompok:
Kelompok pertama: Mereka mengatakan bahwa membunuh Al Husain adalah sesuatu yang benar, karena beliau telah keluar dari pemerintahan yang sah dan akan memecah belah persatuan kaum Muslimin. Mereka mengutip sabda Rasulullah ,
مَنْ أَتَاكُمْ وَأَمْرُكُمْ جَمِيعٌ عَلَى رَجُلٍ وَاحِدٍ يُرِيدُ أَنْ يَشُقَّ عَصَاكُمْ أَوْ يُفَرِّقَ جَمَاعَتَكُمْ فَاقْتُلُوهُ
“Barangsiapa datang kepada kalian sedang urusan kalian dipimpin oleh seorang imam dan orang itu ingin memecah belah jamaah kaum muslimin makabunuhlahdia”(HR.Muslim)
Menurut mereka Al Husain bermaksud memecah belah persatuan kaum Muslimin. Dalam hadits di atas disebutkan, ”maka bunuhlah siapa pun dia”, maka membunuh Al Husain juga dibenarkan.
Pendapat ini dikemukakan oleh an-Nashibah, yaitu sekelompok orang yang membenci Al Husain dan Ali-radhiyallahu ‘anhuma.
Kelompok kedua: Al Husain adalah imam yang wajib ditaati dan diserahkan segala urusan pemerintahan kepadanya. Inilah pendapat orang-orang Syiah.
Kelompok.
ketiga: Mereka adalah Ahlussunnah wal jama’ah, mereka berpandangan bahwa Al Husain dibunuh secara zhalim. Tapi, beliau bukanlah seorang imam (pemimpin kaum Muslimin). Dan beliau tidak dibunuh sebagai orang yang keluar dari jamaah, namun dibunuh secara zhalim dan gugur sebagai syahid. Rasulullah bersabda, “Al Hasan dan Al Husain adalah pemimpin para pemuda di surga.” (HR. Tirmidzy).
SIKAP YAZID TERHADAP TERBUNUHNYA AL HUSAIN
Berkata Syaikul Islam Ibnu Taimiyah—rahimahullah, “Yazid bin Muawiyah tidak memerintahkan untuk membunuh Al Husain . Hal ini berdasarkan kesepakatan para ahli sejarah. Yazid hanya memerintahkan kepada Ibnu Ziyad untuk mencegah Al Hasan menjadi penguasa negeri Iraq.”
Ketika kabar tentang terbunuhnya Al Husain sampai kepada Yazid, maka nampak terlihat kesedihan di wajahnya dan suara tangisan pun memenuhi rumahnya.
Kaum wanita rombongan Al Husain yang ditawan oleh pasukan Ibnu Ziyad pun diperlakukan secara hormat oleh Yazid hingga mereka dipulangkan ke negeri asal mereka.
Dalam buku-buku Syiah, mereka mengangkat riwayat-riwayat yang menyebutkan bahwa wanita-wanita Ahlul Bait yang tertawan diperlakukan secara tidak terhormat. Mereka dibuang ke negeri Syam dan dihinakan di sana sebagai bentuk celaan kepada mereka. Semua ini adalah riwayat yang batil dan dusta. Justru sebaliknya, Bani Umayyah memuliakan Bani Hasyim.
Disebutkan pula bahwa kepala Al Husain dihadapkan kepada Yazid. Tapi riwayat ini pun tidak benar, karena kepala Al Husain masih berada di sisi Ubaidillah bin Ziyad di Kufah.
SIKAP AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH TERHADAP YAZID BIN MU’AWIYAH
Sebagian membolehkan melaknat Yazid bin Mu’awiyah, namun adapula yang melarangnya. Bagi yang membolehkan melaknatnya, perlu untuk memerhatikan tiga hal berikut:
-Mengetahui dengan jelas bahwa Yazid bin Mu’awiyah adalah orang fasiq.
-Yakin bahwa Yazid tidak pernah bertaubat dari dosa-dosanya tersebut. Jika orang kafir yang bertaubat kepada Allah diampuni, maka bagaimana lagi dengan orang fasiq?
-Tahu dengan pasti hukum melaknat pribadi tertentu, bahwa itu dibolehkan.
Tapi yang benar justru sebaliknya, melaknat sosok pribadi tertentu yang Allah dan Rasul-Nya tidak melaknatnya dilarang. Beliau bersabda ketika orang-orang melaknat Abu Jahl,
لَا تَسُبُّوا الْأَمْوَاتَ فَإِنَّهُمْ قَدْ أَفْضَوْا إِلَى مَا قَدَّمُوا
“Janganlah kalian mencela orang yang telah meninggal dunia, karena mereka telah menyerahkan apa yang telah mereka perbuat.” (HR. Bukhari).
Agama Islam tidak dibangun di atas celaan sebagaimana yang dilakukan orang-orang Syiah. Tapi dibangun di atas akhlak mulia. Maka celaan dan para pencela, tidak memiliki tempat sedikitpun dalam agama Islam. Rasulullah bersabda,
سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوْقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ
“Mencela seorang Muslim adalah kefasiqan, dan membunuhnya adalah kekufuran.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tidak seorang pun yang mengatakan bahwa Yazid bin Muawiyah kafir. Tapi, kebanyakan orang mengatakan bahwa ia fasiq. Dan Allahlah yang Mahamengetahui.
Rasulullah pernah bersabda,
أَوَّلُ جَيْشٍ مِنْ أُمَّتِي يَغْزُونَ مَدِينَةَ قَيْصَرَ مَغْفُورٌ لَهُمْ
“Pasukan yang paling pertama menyerang Romawi diampuni.” (HR. Bukhari).
Dan ternyata, pasukan ini dipimpin oleh Yazid bin Muawiyah. Ikut dalam pasukan itu beberapa sahabat yang mulia; Ibnu Umar, Ibnu Zubair, Ibnu Abbas, dan Abu Ayyub. Penyerangan ini terjadi pada tahun 49 H.
Ibnu Katsir—rahimahullah—berkata, “Yazid telah bersalah besar dalam peristiwa Al Harrah dengan berpesan kepada pemimpin pasukannya, Muslim bin Uqbah untuk membolehkan pasukannya memanfaatkan semua harta benda, kendaraan, senjata, ataupun makanan penduduk Madinah selama tiga hari.
Demikian pula terbunuhnya sejumlah sahabat dan anak-anak mereka dalam peristiwa tersebut. Maka dalam menyikapi Yazid bin Muawiyah, kita serahkan urusannya kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Adz-Dzahabi, “Kita tidak mencela Yazid, tapi tidak pula mencintainya.”
Wallahu A’laa wa A’lam
Sumber: Diringkas dari kitab Hiqbah minat-Tarikh, karya Syaikh Utsman bin Muhammad Alu Khamis at-Tamimi.
Sumber : https://wahdah.or.id
Isnin, 27 Disember 2010
Nabi Ibrahim diugut bapa
Nabi Ibrahim diugut bapa
AYAT 41 dari surah Maryam, bermaksud: “Ceritakanlah (wahai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam al-Kitab (al-Quran) ini. Sesungguhnya dia seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi.”
Nabi Ibrahim as tergolong rasul ulul azmi, yang berdepan cabaran hebat daripada kaumnya, tetapi baginda menghadapi semuanya dengan hati yang cekal dan penuh sabar.
Keturunannya sampai kepada Sam bin Nuh. Antara baginda dengan Nabi Nuh kira-kira 1,000 tahun. Bapanya bernama Azar, sesuai dengan maksud firman Allah dalam surah al-An’am, ayat 74:
“Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berkata kepada bapanya Azar; ‘Patutkah ayah menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan. Sesungguhnya aku melihatmu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.”
Sesetengah pula mendakwa bapanya bernama Tarih, namun kebanyakan mengatakan bapanya Azar. Seperti kata Ibnu Jarir, nama bapa Nabi Ibrahim ialah Azar sebagaimana diterangkan dalam al-Quran.
Mengikut cerita, Nabi Ibrahim dilahirkan di wilayah Babil, Iraq sebagaimana mengikut Ibnu Kathir, katanya: “Yang sahih bahawa Ibrahim dilahirkan di Babil.” Baginda dilahirkan ketika orang tuanya berusia 75 tahun.
Baginda berkahwin sewaktu masih muda dengan Sarah, tetapi dia wanita mandul. Kemudian, baginda berhijrah bersama orang tuanya dan isterinya dari Iraq ke Kanaan (kawasan sekitar Palestin) dan menetap di Haran (tenggara Turki).
Penduduk di kawasan terbabit menyembah bintang dan patung, tetapi Nabi Ibrahim, isterinya Sarah dan anak saudaranya, Luth as terselamat dan terhindar daripada kesesatan itu.
Allah memberi petunjuk kepada Nabi Ibrahim sejak kecil, fikirannya cerdas, mempunyai keazaman dan keberanian tinggi, terutama menghadapi kaumnya yang menyembah berhala.
Bapanya sendiri menyembah berhala dan baginda tidak teragak-agak menegur bapanya, cuma caranya beradab, malah bahasa digunakan sangat lembut ketika berdakwah kepada bapanya.
Nasihat baginda supaya tidak menyembah patung atau berhala adalah betul dan boleh diterima akal, kerana menyembah berhala tiada faedahnya, sama ada kepada diri atau patung itu.
Bagaimanapun, bapanya tidak menerima nasihat berguna itu, bahkan dia terus dalam kesesatan, malah mengugut Nabi Ibrahim.
“(Bapanya) menjawab: ‘Patutkah engkau bencikan tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Demi sesungguhnya, jika engkau tidak berhenti daripada menyeru dan menasihati aku, tentu aku akan melontarmu dengan batu dan (ingatlah lebih baik) engkau tinggalkan aku sepanjang masa.” (Maryam: 46)
Walaupun bapanya berkata demikian, Nabi Ibrahim masih sayangkan bapanya, malah mendoakan keampunan buat bapanya. Baginda berdoa ke hadrat Ilahi supaya bapanya diampunkan.
“Dan ampunkanlah bagi bapaku, kerana sesungguhnya dia daripada orang-orang yang sesat.” (asy-Syu’araa’: 86)
Selepas jelas bapanya tidak mahu mendengar nasihatnya, Nabi Ibrahim melepaskan dirinya dan meninggalkan bapanya untuk meneruskan kehidupan dan perjuangan menyampaikan dakwah Allah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir, dari Ikrimah, bahawa ia berkata: “Nabi Ibrahim as digelar dengan gelaran ‘bapa dua tamu’. Saya katakan gelaran ini mungkin kerana Ibrahim ramai tamunya dan dia sangat memuliakan tamu, sehingga tidak mengunjungi seorang pun kepadanya melainkan dia (Ibrahim) memuliakan tetamunya. Dia murah hati sehingga dia menyembelihkan untuk tetamunya dengan haiwan yang lazat rasanya.
Al-Quran menceritakan kisah Nabi Ibrahim bersama tetamunya yang membabitkan malaikat ketika datang untuk membinasakan kaum Lut. Mereka singgah sebentar di rumah Ibrahim untuk memberi khabar gembira kepadanya, iaitu bakal memperoleh anak (Nabi Ishaq).
Ibrahim beranggapan mereka manusia, lalu dengan segera dia mendapatkan keluarganya untuk menyembelih seekor anak lembu, kemudian dipanggang dan diberi kepada tetamu itu.
Namun mereka menolak lalu timbul keraguan pada Nabi Ibrahim yang memandang mereka dengan pandangan pelik, sambil berhati-hati dan berwaspada, hinggalah diberitahu mereka ialah malaikat.
“Sudahkah sampai kepadamu (wahai Muhammad) perihal tetamu Nabi Ibrahim yang dimuliakan. Ketika mereka masuk mendapatkannya lalu memberi salam dengan berkata: ‘salam sejahtera kepadamu!’ Dia menjawab: ‘salam sejahtera kepada kamu.’ (Sambil berkata di dalam hati), mereka ini orang-orang yang tidak dikenali.
“Kemudian, dia masuk mendapatkan ahli rumahnya serta dibawanya seekor anak lembu gemuk (yang dipanggang). Lalu dihidang kepada mereka sambil berkata: ‘silalah makan’.
“(Selepas dilihatnya mereka tidak menjamah makanan itu), dia berasa takut akan keadaan mereka. (Melihat kecemasannya), mereka berkata: ‘janganlah engkau takut (wahai Ibrahim)’. Lalu mereka memberi berita gembira kepadanya, bahawa dia akan beroleh seorang anak yang berpengetahuan.” (Az-Dzaariyaat: 24-28)
Labels: topik agama
posted by Moderator @ 1:37 PM
Khamis, 23 Disember 2010
13 Wasiat Rasullulah kadada Ali
RASULULLAH SAW ada menyampaikan pesanan dan wasiat kepada isteri, anak, kaum kerabat dan
umat Islam seluruhnya. Namun antara wasiat yang menarik dan boleh dijadikan bahan renungan
bersama ialah wasiatnya kepada menantu baginda, Saidina Ali Abu Talib.
Sungguhpun wasiat itu khusus kepada Ali, namun kita sebagai Muslim dan muslimah, perlu
menjadikannya sebagai iktibar lalu menjadikannya amalan.
Larangan dan suruhan Rasulullah saw melalui wasiat itu, adalah juga untuk kaum Muslimin
dan muslimat. Malah, boleh dikatakan semua perkara dalam wasiat itu adalah ciri-ciri utama orang
beriman.
Berikut adalah antara wasiat Nabi kepada Ali seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:
Ibnu Abbas meriwayatkan, bahawa Ali Abu Talib berkata: "Pada hari perkahwinan dengan Fatimah,
Rasulullah saw bersabda kepadaku, mengutarakan tiga belas wasiat khusus untukku:"
1. Wahai Ali, takutilah engkau daripada memasuki tempat mandi (hammam) tanpa memakai
kain separas pinggang. Bahawasanya barang siapa memasuki tempat mandi tanpa kain
separas pinggang, maka dia mendapat laknat (mal'un).
2. Wahai Ali, janganlah engkau ‘memakai cincin di jari telunjuk dan di jari tengah'. Sesungguhnya
itu adalah apa yang dilakukan oleh kaum Lut.
3. Wahai Ali, sesungguhnya Allah mengagumi hamba-Nya yang melafazkan istighfar:
"Rabighfirli fainnahu la yaghfirul-zunuba illa Anta" ( Tuhanku, ampunilah aku. Sesungguhnya
tiada yang mengampunkan dosa melainkan Engkau). Allah lalu berfirman: "Hai malaikat-Ku,
sesungguhnya hamba-Ku ini mengetahui bahawasanya tiada yang mengampunkan dosa melainkan
Aku. Hai malaikat-Ku: Jadilah saksi, bahawasanya aku telah mengampuni dia".
4. Wahai Ali, takutilah engkau daripada berdusta. Bahawasanya berdusta itu menghitamkan muka
dan disuratkan oleh Allah sebagai kazzab (pendusta). Dan, bahawasanya benar itu memutihkan
muka dan disuratkan oleh Allah sebagai sadiq. Ketahuilah engkau, bahawasanya sidq (benar) itu
berkat dan kizb (dusta) itu celaka.
5. Wahai Ali, peliharalah diri engkau daripada mengumpat dan mengadu-dumba. Bahawasanya orang
berbuat demikian itu diwajibkan ke atasnya seksaan kubur dan menjadi penghalang kepadanya di
pintu syurga.
6. Wahai Ali, janganlah engkau bersumpah dengan nama Allah, sama ada dusta atau benar, kecuali
dalam keadaan darurat, dan janganlah jadikan Allah permainan sumpah engkau. Sesungguhnya Allah
tidak menyucikan dan tidak mengasihani orang yang bersumpah dusta dengan nama-Nya.
7. Wahai Ali, janganlah engkau mencita-citakan rezeki untuk hari esok. Bahawasanya Allah
mendatangkan rezeki engkau setiap hari.
8. Wahai Ali, takutilah engkau daripada berbantah-bantah dan berkelahi dengan maki-hamun dan
sumpah-seranah. Bahawasanya perbuatan itu pada awalnya jahil dan pada akhirnya penyesalan.
9. Wahai Ali, sentiasalah engkau bersugi dan mencolek (mencungkil) gigi. Bahawasanya bersugi itu
menyucikan mulut, mencerahkan mata dan diredai Allah, manakala mencolek gigi itu dikasihi malaikat
kerana malaikat amat tidak senang dengan bau mulut kerana sisa-sisa makanan di celah gigi tidak
dicolek selepas makan.
10. Wahai Ali, janganlah engkau melayani rasa marah.Apabila timbul rasa marah, duduklah engkau
dan fikirkanlah mengenai kekuasaan dan kesabaran Allah Taala ke atas hamba-Nya. Pertahankah
diri engkau daripada dikuasai kemarahan dan kembalilah engkau kepada kesabaran.
11. Wahai Ali, perhitungkanlah (tahassub) kurniaan Allah yang telah engkau nafkahkan untuk diri
engkau dan keluarga engkau, nescaya engkau peroleh peruntukan daripada Allah.
12. Wahai Ali, apa yang engkau benci pada diri engkau, maka engkau bencikan juga pada diri
saudara engkau dan apa yang engkau kasih pada diri engkau maka engkau kasihkan juga pada diri
saudara engkau, yakni engkau hendaklah berlaku adil dalam memberi hukuman. Dengan itu, engkau
dikasihi seluruh isi langit dan bumi.
13. Wahai Ali, perbaikkanlah perhubungan di antara penduduk (jiran) sekampung dan antara ahli
rumah engkau. Hiduplah dengan mereka sekaliannya dengan rasa persahabatan dan kekeluargaan,
nescaya disuratkan darjat yang tinggi bagi engkau.
Wahai Ali, peliharakanlah pesananku (wasiatku). Engkau akan peroleh kemenangan dan kelepasan.
InsyaAllah
Islam pada awalnya asing dan akan kembali terasing, maka berbahagialah kiranya bagi yang terasing.
Isnin, 20 Disember 2010
Hj.Bakrin - meninggal dunia -20.12.2010
[12] Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya – hadis no: 1631 (Kitab al-Wasiyat, Bab apakah ganjaran yang diperolehi oleh manusia setelah dia meninggal dunia).
[13] Sanad Hasan: Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Musnadnya – hadis no: 10610 (jld. 2, ms. 509) dan sanadnya dinilai hasan oleh Syu‘aib al-Arna’uth.
Hj.Bakrin - meninggal dunia -20.12.2010
Hj.Bakrin B.Hj.Surur telah kembali kerahmahtullah 0640 petang 20.12.2010 [Isnin] sakit pendarahan bhg. kepala .Malam 7.july.2010 hospital Kl.-ICU Neoro kajisaraf - meninggal petang 20.12.2010 di hospital yang sama - bekas imam [3] Surau Tsi. dan bekas juru mandimayat dan bilal Masjid Tmn.Bandar Senawang telah selamat di kebumikan - 11.30 pagi 21.12.2010 [salasa] Tanah Perkhuburan Senawang . Alfatihah... semuga ditempat maqam orang 2salih..amin
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
Apabila seorang manusia meninggal dunia, terputuslah daripadanya amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyahnya atau ilmunya yang dimanfaatkan atau anak shalih yang mendoakannya.[12]
Dalam sebuah hadis yang lain baginda juga bersabda:
Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla menaikkan darjat seorang lelaki yang shalih di syurga,
lalu dia bertanya: “Wahai Tuhan! Kenapakah saya mendapat kelebihan ini?”
Dijawab: “Disebabkan permohonan ampun anak kamu kepada kamu.”[13]
Doa keampunan kepada ibubapa yang boleh diamalkan adalah daripada al-Qur’an seperti mana yang dikemukakan sebelum ini:
“Wahai Tuhanku! Ampunkanlah bagiku, dan bagi kedua ibu bapaku,
serta bagi sesiapa yang masuk ke rumahku dengan keadaan beriman;
dan (ampunkanlah) bagi sekalian orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan;
dan janganlah Engkau tambahi orang-orang yang zalim melainkan kebinasaan!” [Nuh 71:28]
Memandangkan hadis yang pertama menyebut doa seorang anak yang shalih secara umum, maka dianjurkan juga mendoakan rahmat kepada ibubapa sebagaimana berikut:
“Wahai Tuhanku! Cucurilah rahmat kepada mereka berdua sebagaimana mereka telah mencurahkan kasih sayangnya memelihara dan mendidikku semasa kecil.” [al-Isra’ 17:24]
Demikianlah dua doa yang diajarkan oleh al-Qur’an dan ia mencakupi dua perkara yang amat diperlukan oleh ibubapa setelah mereka meninggal dunia: keampunan dan rahmat daripada Allah Subhanahu wa Ta'ala.Doa-doa ini boleh kita baca di mana-mana dan pada bila-bila masa. Ia tidak terhad kepada saat menziarahi kubur ibubapa.
Khamis, 16 Disember 2010
Akidah Akhlak
Kategori : AKIDAH Akhlak |
Tajuk : |
Menjaga perasaan |
Hadith : |
Rasulullah s.a.w telah bersabda yang maksudnya:”Jika kamu bertiga maka janganlah dua daripada kamu bercakap-cakap meninggalkan yang ketiga kerana perbuatan begini akan mendukacitakannya.” (al-Bukhari dan Muslim) |
| |||
Rabu, 15 Disember 2010
Forum Perdana Masjid Negeri - Seremban
FORUM PERDANA MASJID NEGERI,
Selasa, 14 Disember 2010
Kem - Remaja Ulul Albab - 2010
ANJURAN D EDUCATION LIFESTYLE MANAGEMENT. ISLAMIT CONSULTANT.
kisah Menarik Pertbedzaan Sang Alim &Sang Abid Tanpa Ilmu
Kisah Menarik Perbezaan Sang Alim & Sang Abid Tanpa Ilmu -Unirversiti Al Azhar Mesir .
Kisah Menarik Perbezaan Sang Alim & Sang Abid Tanpa IlmuKisah Menarik Perbezaan Sang Alim & Sang Abid Tanpa Ilmu Satu kisah menarik yang ingin saya kongsikan bersama para pembaca sekalian. Kisah ini saya nukilkan daripada apa yang disampaikan oleh Syaikhuna al-Allamah al-Hafidz Muhammad bin Ibrahim bin Abdul Ba’ith al-Kittani al-Syafie hafizahullah ketika beliau menyampaikan ceramah di Dewan Besar Yayasan Khairiah , Kupang Baling Kedah. Kebetulan pada waktu itu, saya disuruh oleh Syaikhuna Muhammad Ibrahim hafizahullah untuk menterjemahkan ucapan beliau di dalam Bahasa Melayu agar mudah difahami oleh para pendengar.
Syaikhuna memilih untuk membicarakan tentang kelebihan ilmu dan amal bagi penuntut ilmu. Maka beliau menceritakan sebuah cerita yang menarik perhatian semua pendengar pada petang tersebut.
Pada suatu masa dahulu, terdapat seorang raja yang sangat bijak. Raja tersebut ingin mengajarkan kepada rakyat jelata suatu perkara yang sangat penting. Mungkin pada waktu itu masyarakat tidak dapat membezakan mana satu golongan alim dan mana satu golongan abid ( yang hanya beribadah tanpa ilmu) .
Maka raja memanggil seorang alim dan seorang abid yang tiada ilmu bagi membuktikan bahawa antara kedua-dua golongan ini pasti terdapat perbezaan yang jelas.
Raja menyuruh kedua-dua orang ini masuk ke dalam bilik yang berbeza. Setiap bilik diletakkan perkara yang sama iaitu diletakkan sebilah pisau, sebotol arak dan seorang wanita. Sang Raja juga mengarahkan kepada kedua-dua orang tersebut untuk melaksanakan salah satu daripada tiga perkara iaitu sama ada meminum arak, atau berzina dengan wanita tersebut atau mengambil pisau yang disediakan lalu membunuh wanita tersebut bagi mengelakkan daripada melakukan dosa zina.
Bilamana dimasukkan si alim dan si abid di dalam bilik masing-masing yang sudah tersedia di dalamnya ketiga-tiga perkara tersebut. Maka kedua-duanya sebaik sahaja berhadapan dengan ketiga-tiga perkara yang diarahkan oleh Sang Raja melaksanakan salah satu daripadanya, masing-masing punya pemikiran dan cara penyelesaian yang berbeza.
Bagaimana Sang Alim dan Sang Abid ini menyelesaikannya? Saya akan ceritakan satu persatu mengikut turutan. Kita lihat dahulu apa yang difikirkan oleh Sang Abid dan bagaimana dia menyelesaikan masalah tersebut.
SANG ABID DAN PENYELESAIANNYA
Sebaik sahaja masuk di dalam bilik tersebut, Sang abid melihat ketiga-tiga perkara telah berada di hadapannya. Sebilah pisau, sebotol arak dan seorang wanita cantik. Maka terlintas di dalam fikiran sang abid bahawa ketiga-tiga ini adalah dosa . Mengambil pisau dan menggunakan pisau tersebut untuk membunuh wanita cantik tersebut bagi mengelakkan zina adalah merupakan dosa yang besar. Berzina dengan wanita tersebut juga merupakan dosa yang besar. Perkara yang paling ringan sedikit berbanding membunuh dan berzina adalah minum arak. Maka , sang abid yang yakin dengan jalan penyelesaiannya terus mengambil botol arak dan meneguk isinya .
Apa yang berlaku seterusnya? Sebaik sang abid tersebut selesai minum arak, dia terus mabuk dan di dalam keadaan tersebut , dia menghampiri wanita cantik itu lalu mengajaknya bersetubuh dan akhirnya mereka berzina . Sebaik selesai berzina, sang abid sedar akan kesalahan yang dilakukannya . Bagi mengelakkan si wanita membongkarkan rahsianya, maka dia terus mengambil pisau dan membunuh wanita tersebut.
Maka , secara tidak sedar , Sang Abid telah melakukan ketiga-tiga perkara dosa tersebut secara sekaligus.
Bagaimana pula keadaan Sang Alim di bilik yang lain? Bagaimanakah dia menyelesaikannya?
Kita akan melihat pula bagaimanakah cara penyelesaian dan pemikiran Sang Alim tersebut.
SANG ALIM DAN PENYELESAIANNYA
Sebaik sahaja sang alim tersebut masuk ke dalam bilik itu, beliau tersentak dengan kewujudan ketiga-tiga perkara tersebut. Sang Raja telah mengarahkan agar melaksanakan salah satu daripada tiga perkara itu.
Sang Alim berfikir, “ Jika aku mengambil pisau dan membunuh wanita itu maka aku telah melakukan dosa membunuh. Membunuh adalah dosa yang besar di sisi Allah taala. Jika aku berzina dengan wanita tersebut juga ianya merupakan dosa yang besar di sisi Allah taala. Jika aku mengambil arak dan meminumnya maka itu juga merupakan dosa yang besar. Jadi bagaimanakah cara yang terbaik untuk aku laksanakan?”
Sang Alim terfikir lagi , “ Jika aku meminum arak, akalku akan hilang dan kemungkinan aku akan laksanakan perkara yang aku tidak fikirkan. Maka jalan yang terbaik pada waktu sekarang adalah dengan aku mengambil pandangan di dalam Mazhab al-Imam Abu Hanifah radhiyallahu anhu yang membenarkan seorang wanita tersebut mengahwinkan dirinya sendiri tanpa kewujudan dan persetujuan walinya”
Maka sang alim terus pergi kepada wanita tersebut dan mengatakan kepadanya : “ Wahai wanita, sudikah kamu berkahwin denganku?
Wanita tersebut bersetuju dengan cadangan yang diberikan oleh Sang Alim tersebut. Maka sang alim tersebut melafazkan lafaz nikah dan sang wanita bersetuju dan menerimanya. Maka secara hukumnya mereka telah berkahwin mengikut pendapat di dalam Mazhab al-Imam Abu Hanifah rahimahullah.
Secara tidak langsung, sang alim telah menjauhkan dirinya daripada kesemua dosa tersebut. Beliau tidak membunuh, tidak minum arak dan berzina. Malah beliau mendapatkan perkara yang lebih besar daripada itu iaitu dengan berkahwin dengan wanita cantik tersebut.
Selesai perkara tersebut, Sang Raja tersenyum kerana akhirnya beliau dapat membuktikan tetap ilmu itu lebih mulia daripada segalanya. Tanpa ilmu seseorang itu akan tersilap melakukan penilaian yang terbaik.
Mohd Nazrul Abd Nasir, Penuntut Ilmu Di Masjid al-Azhar al-Syariff & Masjid al-Asyraff, Wangsa Maju, Selangor Darul Ehsan, Malaysia
Dikirim dalam Umum
Isnin, 13 Disember 2010
Ust.Melayu Masjidil Haram
Ustaz Melayu Masjidil Haram
Setiap kali selepas solat maghrib satu sudut diMasjidil Haram bergema bagaikan suasana masjid kampung apabila Mohammad Abdul Kadir Mandili muncul untuk memberi ceramah. Seperti biasa , awal awal lagi jemaah Malaysia menyerbu sudut itu yang terletak berhampiran kaabah dan selari dengan hajaratul Aswad.
Kebanyakan jemaaah yang pernah menjejakkan kaki di Masjidil Haram cukup mengenali beliau yang sudah lebih 30 tahun menjadi guru agama di masjid terulung itu. Mohammad yang berasal dari Alor Setar, Kedah sudah menempa nama sebagai tokoh agama yang disegani di Mekah. Beliau yang sudah lebih 50 tahun menetap di tanah suci, sebenarnya mengikut jejak arwah bapanya yang pernah menjadi guru agama di masjid yang sama.
Setiap tahun lebih dua juta umat Islam menunaikan haji berkunjung ke Masjidil Haram dan sebab itu mereka yang dipilih menjadi guru agama disitu bukan calang calang orangnya. Daripada 15 guru agama yang mengajar secara tetap, Mohamad adalah satu satunya anak melayu yang terpilih memikul tugas berat itu.
Sesuai dengan kebolehan Mohammad, pihak pentadbir masjid turut menyediakan kerusi khas untuknya di sudut masjid itu. Kerusi khas itu diwujudkan enam tahun lalu dan turut meliputi penceramah dalam bahasa Cina dan Urdu di sudut berlainan.
Mohamad kelihatan begitu segak apabila vberjubah dan berkopiah yang ditutup kain serban serba putih setiap kali beliau muncul untuk memberi ceramah. Dengan raut wajahnya yang bersih dan tenang, beliau menyampaikan ceramahnya dengan cara bersahaja dan sekali sekala menggunakan loghat utara.
“Kawan kawan hairan bagaimana setelah lebih setengah abad saya tinggal di Mekah, saya masih fasih berbahasa melayu.” Katanya yang kini berusia 65 tahun.
Selain program ceramah selepas Maghrib, jadual tugas hariannya meliputi mengajar anak tempatan daripada bangsa Pakistan, Bangladesh dan Melayu pada sebelah pagi. Menyorot kisah hidupnya, Mohamad mempunyai lapan adik beradik, tujuh daripadanya menjadi rakyat Arab Saudi. Hanya adik perempuannya yang tinggal bersama keluarga di Sabah.
Ayahnya berasal daripada Mandiling, Indonesia dan berhijrah ke Malaysia ketika berusia 14 tahun. Beliau belajar agam di pondok Gajah Mati, Kedah dan ketika itu hidupnya sering dihimpit kesulitan. Ada kala kerana sukar mendapat makanan. Beliau terpaksa makan pucuk ubi serta tidur pula hanya berbantalkan buah kelapa.
Sebelum penjajahan Jepun, ayahnya berhijrah ke Mekah dan meneruskan pengajian di Masjidil Haram. Ketika itu belum wujud universiti dan Masjidil Haram dianggap universiti. Selepas mendapat bimbingan alim ulamak di Masjidil Haram, beliau kemudian ditawarkan menjadi guru agama disitu hinggalah beliau meninggal dunia ketika berumur 56 tahun.
Bagi Mohamad pula, pendidikan awalnya bermula di Madrasah Darul Ulum, Mekah yang diasaskan oleh rakyat Malaysia/Indonesia. Selepas itu mendalami lagi ilmu melalui bimbingnan ayahnya sebelum melanjutkan pengajian di Universiti Madinah.
Mengikut ceritanya, dulu ramai keluarga enggan hantar anak mereka ke sekolah agama kerana bimbang mereka sesat tetapi bapanya bertegas mahu menghantar anaknya mengikuti pengajian agama dengan alas an “Kalau belajar hadis dan al-Quran pun mereka boleh sesat, biarlah mereka sesat”.
Beliau kini tinggal di sebuah banglo dua tingkat yang mempunyaiu 16 bilik, dikawasan Awali, tidak jauh daripada kota Mekah. Hasil perkongsian hidup dengan dua isterinya beliau dikurniakan 18 anak dan 42 cucu.
Cara hidup melayu masih sebati dengan jiwanya walaupun sudah lama di perantauan. Ketika di rumah, beliau lebih selesa memakai kain dan baju melayu serta bercakap Melayu dengan anggota keluarga. Bagi mohamad, kemewahan tidak dating bergolek dan masih teringat ketika mula mula menjadi guru agama dulu, beliau terpaksa mengambil upah menjahit kerana gaji terlalu kecil.
Pengalaman lampau membuatkan beliau bersikap pemurah dan menurut teman temannya, boleh dikatakan hampir setiap kali selepas ceramah, beliau akan menjemput orang ramai kerumahnya dan menjamu mereka dengan nasi bokhari.
Ketika musim haji baru baru ini, beliau mempelawa jemaah ke rumahnya sambil berkata: “Kita makanlah apa yang ada… sikit sama sikit… banyak sama banyak.” Pelawaan itu tidak mahu dilepaskan begitu sahaja dan akhirnmya beliau terpaksa menyediakan tiga bas untuk mengangkut jemaah kerumahnya. Bagi Mohamad, siapa sahaja yang berkunjung kerumahnya dianggap saudaranya.
Walaupun perjalanan hidupnya sudah jauh, Mohammad tidak lupa kampung halamannya di Malaysia serta masih segar di ingatannya kata kata semangat pejuang kemerdekaan Datuk Onn Jaafar, iaitu “Pemuda harapan bangsa, hidup melayu”.
“Teringatkan kata kata keramat inilah membuatkan saya balik ke Malaysia setiap tahun bagi memenuhi tanggungjawab sebagai pemuda harapan bangsa. Tidak kiralahj sama ada saya ada cuti panjang atau pendek, saya dan keluarga akan balik ke kampung.
“Tuhan sudah memberi saya sedikit sebanyak ilmu dan ia bukan untuk manfaat diri sendiri. Saya juga balik bukan untuk berseronok seronok atau cari wang tetapi mahu mengajak umat Islam balik kepada al-Quran dan Sunnah Rasulullah yang sebenar.”
Mohamad berpendapat masih banyak perkara khurafat mencengkam masyarakat Islam hingga menjadi bebanan atau tekanan mental. Orang barat turut mempercayai pelbagai khurafat tetapi mereka boleh maju, sebaliknya orang Islam tidak boleh maju. Sebabnya khurafat mereka walaupun lebih besar, seperti tidak percaya Allah dan Rasul, tidak menekan kepada akal… hanya menekan kepada rohani.
Tetapi bagi orang Islam, khurafat menekan mental mereka… hingga tidak boleh fikir. Sebagai contoh, dalam isu keramat, ada yang sanggup makan ulat kaki tok guru yang sudah buruk kononnya tok guru itu wali.
“Sebab khurafat menekan mental, mereka tidak dapat berfikir dan pernah berlaku dalam satu kes anak murid seorang tok guru sanggup makan ulat daripada kaki guru itu yang sudah busuk kerana percaya tok guru itu seorang wali. Dengan berbuat demikian dia yakin boleh jadi wali.”
Ada orang akan menuduh saya tidak hormati wali. Bukan kita tidak percaya wali. Kita tahu siapa wali dan apa itu keramat. Wali ialah mereka yang menjunjung perintah Allah, manakala keramat ialah pemberian Allah kepada hamba yang dia kasih. Wali bermakna kekasih Allah. Apabila Allah kasih, Da beri sesuatu yang luar biasa.”
Selain itu, Mohammad bimbang kerana berlaku banyak perkara bidaah dalam ibadat harian. Banyak perkara dilakukan tidak mengikut cara Rasulullah atau sunnah tetapi sebab sudah menjadi kebiasaan, ia diterima sebagai cara yang betul.
Sebagai contoh, pernah satu ketika dulu ketika balik ke Malaysia, beliau diminta mengimamkan solat dan apabila selesai, beliau terus bangun untuk wirid serta berdoa secara sendirian. Tindakannya itu dianggap ganjil serta mengundang pandangan serong jemaah masjid berkenaan. Menurutnya, berdoa memang digalakkan dan menjadi bidaah kalau tidak mengikut cara yang ditunjukkan Rasulullah.
Mohamad mengingatkan sesiapa yang menokok tambah perkara yang tidak ada dalam ibadat, hanya melakukan kerja sia sia kerana amalannya tidak diterima. Kalau ada yang berani tegur, mereka akan tuduh kita ekstrimis atau pengikut mazhab baru. Sejak balik ke Malaysia pada 1974 sehingga sekarang, tuduhan yang sama dilemparkan terhadap saya apabila ada usaha hendak membawa jemaah kembali kepada sunnah Rasulullah dan syariat sebenar.
“Lain kali, jika ada pihak mempertikaikan atau membuat tuduhan melulu, saya akan menasihatkan mereka supaya merujuk kepada kitab. Jika apa yang mereka dakwa itu memang ada dalam kitab, kita kena terima tetapi kalau salah, kita hokum dia… kenapa berbohong dan mahu merosakkan agama.”
Khamis, 9 Disember 2010
DIMANAKAH KITA BERADA?
BACA.. RENUNG2KAN.. DIMANAKAH KITA BERADA?
1. Siapakah orang yang sombong?
Orang yang sombong adalah orang yang di beri penghidupan tapi tidak mahu sujud pada yang menjadikan kehidupan itu iaitu Allah Rabbul Alaamin, Tuhan sekelian alam. Maka bertasbihlah segala apa yang ada di bumi dan langit pada TuhanNya kecuali jin dan manusia yang sombong diri.
2. Siapakah orang yang telah mati hatinya?
Orang yang telah mati hatinya adalah orang yang diberi petunjuk melalui ayat-ayat Qur'an, Hadith dan cerita2 kebaikan namun merasa tidak ada apa2 kesan di dalam jiwa untuk bertaubat.
3. Siapakah orang dunggu kepala otaknya?
Orang yang dunggu kepala otaknya adalah orang yang tidak mahu lakukan ibadat tapi menyangka bahawa Tuhan tidak akan menyiksanya dengan kelalaiannya itu dan sering merasa tenang dengan kemaksiatannya.
4. Siapakah orang yang kuat?
Orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan kemarahannya ketika ia di dalam kemarahan. Siapakah orang yang lemah? Orang yang lemah adalah orang yang melihat akan kemaksiatan di depan matanya tidak sedikit pun ada kebencian di dalam hatinya akan kemungkaran itu.
5. Siapakah orang yang bakhil?
Orang yang bakhil lagi kedekut adalah orang yang berat lidahnya untuk membaca selawat keatas junjungan Rasulullah s. a. w.
6. Siapakah orang yang buta?
Orang yang buta adalah orang yang tidak mahu membaca dan meneliti akan kebesaran Al Qur'an dan tidak mahu mengambil pelajaran daripadanya.
7. Siapakah orang yang tuli?
Orang yang tuli adalah orang yang di beri nasihat dan pengajaran yang baik namun tidak diendahkannya.
8. Siapakah orang yang sibuk?
Orang yang sibuk adalah orang yang tidak mengambil berat akan waktu solatnya seolah-olah ia mempunyai kerajaan seperti kerajaan Nabi Sulaiman a. s.
9. Siapakah orang yang manis senyumannya?
Orang yang mempunyai senyuman yang manis adalah orang yang di timpa musibah lalu dia kata "Inna lillahi wainna illaihi rajiuun." Lalu sambil berkata,"Ya Rabbi Aku redha dengan ketentuanMu ini", sambil mengukir senyuman.
10. Siapakah orang yang menangis airmata mutiara?
Orang yang menangis airmata mutiara adalah orang-orang yang sedang bersendiri lalu mengingat akan kebesaran Tuhan dan menyesal akan dosa-dosanya lalu mengalir airmatanya.
11. Siapakah orang yang kaya?
Orang yang kaya adalah orang yang bersyukur dengan apa yang ada dan tidak loba akan kenikmatan dunia yang sementara ini.
12. Siapakah orang yang miskin?
Orang yang miskin adalah orang tidak puas dengan nikmat yang ada sentiasa menumpuk-numpukkan harta.
13. Siapakah orang yang pandai?
Orang yang pandai adalah orang yang bersiap siap untuk hari kematiannya kerana dunia ini berusia pendek sedang akhirat kekal abadi
14. Siapakah orang yang bodoh?
Orang yang bodoh adalah orang yang beriya-iya berusaha sekuat tenaga untuk dunianya sedangkan akhiratnya diabaikan.
15. Siapakah orang yang maju dalam hidupnya?
Orang yang maju dalam hidupnya adalah orang-orang yang senantiasa mempertingkat ilmu agamanya.
16. Siapakah orang-orang yang mundur hidupnya?
Orang yang mundur dalam hidupnya adalah orang yang tidak memperdulikan akan halal dan haramnya akan sesuatu perkara itu.
17. Siapakah orang yang gila itu?
Orang yang gila itu adalah orang yang tidak sembahyang kerana hanya dua syarat saja yang memperbolehkan akan seorang itu meninggalkan sembahyang, pertama sekiranya ia haid dan kedua ketika ia tidak siuman akalnya.
18. Siapakah orang yang rugi?
Orang yang rugi adalah orang yang sudah sampai usia pertengahan namun masih berat untuk melakukan ibadat dan amal-amal kebaikan.
19. Siapakah orang yang selalu ditipu?
Orang yang selalu di tipu adalah orang muda yang menyangka bahawa kematian itu berlaku hanya pada orang tua.
20. Siapakah orang yang paling cantik?
Orang yang paling cantik adalah orang yang mempunyai akhlak yang baik.
21. Siapakah orang yang mempunyai rumah yang paling luas?
Orang yang mempunyai rumah yang paling luas adalah orang yang mati membawa amal amal kebaikan di mana kuburnya akan di perluaskan saujana mata memandang.
22. Siapakah orang yang mempunyai rumah yang sempit lagi dihimpit?
Orang yang mempunyai rumah yang sempit adalah orang yang mati tidak membawa amal-amal kebaikan lalu kuburnya menghimpitnya.
23. Siapakah orang yang mempunyai akal?
Orang yang mempunyai akal adalah orang-orang yang menghuni syurga kelak kerana telah menggunakan akal sewaktu di dunia untuk menghindari siksa neraka.
Rabu, 8 Disember 2010
7.Masjid Berkhubah Emas Di Dunia
7 Masjid Berkubah Emas Di Dunia
.1. Masjid Qubbah As Sakhrah / Dome of the Rock di Yerusalem, Palestina
Masjid Qubbah As Sakhrah atau di kenal dengan Dome of the Rock dibangun pada sekitar tahun 690M oleh Abdul Malik bin Marwan yang merupakan salah seorang raja dalam bani Umayah dan kemudian diikuti dengan pembangunan Masjidil Aqsa yang selesai pada tahun 710M. Masjid ini dahulu, di anggap sebagai masjid Al Aqsa. Sebahagian orang juga menganggap bangunan ini bukanlah masjid melainkan hanya tumpukan batu besar.
2. Masjid Al-Askari di Samarra, Irak
Masjid Al-Askari merupakan masjid syiah yang di bangun pada tahun 944 M. Masjid ini terletak di kota Samarra, Irak. Namun sayangnya masjid ini hancur pada bulan Februari 2006 akibat tidak langsung dari pencerobohan Amerika Syarikat ke Irak.
3. Masjid Suneri, Lahore, Pakistan
Masjid Suneri memiliki 3 kubah emas. Satu kubah utama, 2 lainnya di sisi kanan dan kiri. Masjid ini didirikan oleh Nawab Syed Bhikari Khan, anak Wakil Gubernur Lahore pada tahun 1753 M.
4. Masjid Jame’ Asr atau Masjid Bandar Seri Begawan di Brunei
Masjid yang merupakan bagian dari kompleks Istana Bolkiah didirikan pada pertengahan tahun 1980-an untuk memperingati 25 tahun Sultan Hassanal Bolkiah berkuasa. Masjid ini memiliki 29 kubah yang terbuat dari emas murni 24 karat. Bangunan yang terletak di tengah taman yang asri ini mempunyai luas hampir 2 hektar lebih. Keseluruhan kawasan masjid ini dipagari dengan kisi-kisi besi dengan panjang kira-kira 1.082 km. Terdapat lima pintu masuk ke lokasi ini, disamping dua pintu khusus untuk keluarga kerajaan dan tamu negara. Masjid ini memiliki 4 menara yang masing-masing tingginya 189 kaki, dimana ada sekitar 297 anak tangga pada setiap menara tersebut. Melalui menara ini, pengunjung bisa melihat pemandangan sekitar masjid dan juga pemandangan Bandar Seri Begawan dan Kampong Ayer.
5. Masjid Sultan Singapura
Tahun 1928, begitu mendapat wang dari Kongsi Dagang Inggeris sebanyak SGD 3000, Sultan Singapura langsung merenovasi sebuah masjid yang ada di kawasan Little India. Perubahan antara lain juga dengan mengganti kubah lama dengan kubah emas. Masjid ini segera menjadi masjid terbesar di Singapura, dari sekitar 80-an masjid yang ada.
Lain halnya di Singapura. Seberapa pun besar masjid dibangun di sini, tak 1 dB-pun bunyi adzan boleh dilantunkan. “Menganggu ketenangan,” kata seseorang. Meski muslim perlu pengingat solat yang unik seperti adzan, tapi kerana pemerintah tidak memahami kepentingan “adzan” maka adzan dilarang bunyi. Kerana minoriti maka muslim di Singapura diam saja. Diam juga pilihan dan mereka membunyikan adzan lewat speaker dalam ruangan masjid saja: tak sampai keluar.
Satu-satunya (mungkin) masjid yang boleh membunyikan adzan adalah masjid Sultan di sekitar Arab Street. Masjid Sultan adalah masjid tertua kedua di Singapura dan dikategorikan national heritage. Oleh sebab itu, ia mendapat perkecualian.
6. Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin Brunei
Brunei memiliki 2 masjid yang berkubah emas. Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin adalah yang didirikan pertama kali. Mulai digunakan tahun 1958, masjid ini terletak di tengah danau buatan yang bersih. Kubahnya terbuat dari emas 24 karat. Biaya pembangunannya menghabiskan USD 5 juta. Pada zamannya, Masjid Sultan Omar Ali diperhitungkan sebagai salah satu bangunan terindah di dunia.
7. Masjid Dian Al Mahri di Depok, Indonesia
Masjid dengan kubah emas yang terbaru adalah Masjid Dian Al Mahri yang letaknya di Depok, Jawa Barat, tepatnya di Jalan Meruyung, Kelurahan Limo, Kecamatan Cinere, Depok. Masjid ini mulai di bangun pada tahun 1999, dan di rasmikan pada bulan April tahun 2006. Masjid ini merupakan milik peribadi dari Hajjah (Hj) Dian Djurian Maimun Al-Rasyid, seorang pengusaha dari Serang, Banten dan pemilik Islamic Center Yayasan Dian Al-Mahri.
Masjid ini luas bangunannya mencapai 8.000 meter persegi dan berdiri di atas lahan seluas 70 hektare. Secara umum, senibina masjid mengikuti tipologi arsitektur masjid di Timur Tengah dengan ciri kubah, minaret (menara), halaman dalam (plaza), dan penggunaan detail atau hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk, untuk memperkuat ciri keislaman para arsitekturnya. Ciri lainnya adalah gerbang masuk berupa portal dan hiasan geometris serta obelisk sebagai ornamen.
Halaman dalam berukuran 45 x 57 meter dan mampu menampung 8.000 jemaah. Enam menara (minaret) berbentuk segi enam, yang melambangkan rukun iman, menjulang setinggi 40 meter. Keenam menara itu dibalut batu granit abu-abu yang diimpor dari Italia dengan ornamen melingkar. Pada puncaknya terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat. Sedangkan kubahnya mengacu pada bentuk kubah yang banyak digunakan masjid-masjid di Persia dan India. Lima kubah melambangkan rukun Islam, seluruhnya dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang materialnya diimport dari Italia.
Posted by RAKYAT MARHAEN at 12/09/2010 09:15:00 AM
Isnin, 6 Disember 2010
Gambar Sejarah Pembinaan Kaabah
Kaabah yakni rumah Allah adalah kiblat di mana seluruh umat Islam menghadapnya ketika menunaikan solat.
Diriwayatkan bahawa Allah telah menjadikan tapak Kaabah itu disokong dengan empat tiang daripada air 2000 tahun sebelum Dia menciptakan dunia ini dan Dia telah membentangkan bumi dari bawah Kaabah. Tiang Kaabah itu panjangnya sehingga lapisan bumi yang ke tujuh.
Di setiap tujuh langit ada rumah Allah tempat para malaikat beribadat padaNya dan pada langit ke tujuh nama rumah Allah itu adalah Baitul Makmur. Rasulullah bersabda, “Baitul Makmur adalah masjid yang berada di langit dan ia betul-betul di atas Kaabah. Seandainya ia jatuh maka ia akan menghempap Kaabah”.
Sebelum Baitul Makmur dicipta, para malaikat tawaf mengelilingi Arasy pada masa yang sangat lama. Allah memandang mereka kemudian menurunkan rahmat kepada mereka. Allah membina sebuah rumah di bawah Arasy yang diberi nama Baitul Makmur. Allah memerintahkan para Malaikat supaya tawaf di Baitul Makmur dan tinggalkan Arasy. Para malaikat telah melakukan tawaf di Baitul Makmur sehingga jumlah yang memasukinya siang dan malam seramai 70,000 malaikat. Mereka tidak kembali lagi buat selama-lama.
Kemudian Allah mengutuskan para malaikat turun ke bumi dan berfirman kepada mereka, “Binalah sebuah rumah untukKu di bumi sepertinya”. Allah memerintah seluruh makhlukNya di bumi supaya tawaf mengelilingi Kaabah sebagaimana penghuni langit tawaf mengelilingi Baitul Makmur. Diriwayatkan bahawa Allah telah mengutuskan Jibril kepada Nabi Adam serta Hawa supaya membina satu rumah untukNya. Jibril telah menggariskan (rangka) kepada keduanya lalu Nabi Adam menggali tanah manakala Hawa mengangkutnya sehinggalah air menyahut serta menyeru dari bawah beliau meminta agar berhenti menggali dengan kata-kata, “Cukuplah wahai Adam!”
Setelah Nabi Adam wafat, anak-anaknya telah membina Kaabah dengan menggunakan tanah dan batu. Diriwayatkan bahawa orang yang membinanya ialah anak Nabi Adam iaitu Nabi Syith. Mereka sentiasa mendiami dan memakmurkan Baitullah dan begitulah juga dengan orang-orang yang selepas mereka sehinggalah tiba zaman Nabi Nuh, Kaabah telah runtuh dan kawasan tersebut ditenggelami air serta tidak dapat dikesani.
Kemudian Allah mengutuskan Nabi Ibrahim untuk membina kembali Kaabah. Mematuhi perintah Allah itu, Nabi Ibrahim dan anaknya, Nabi Ismail membina semula Kaabah di atas timbunan batu dan tanah liat daripada bekas binaan Kaabah yang pernah dibuat oleh Syith yang runtuh akibat banjir dan taufan pada zaman Nabi Nuh itu. Pembinaan Kaabah oleh Nabi Ibrahim daripada batu dari tujuh bukit di sekitar kota Mekah. Binaan Kaabah kali ini mempunyai dua sudut utama iaitu sudut Rukun Al-Hajarul Aswad dan Rukun Yamani dan satu sudut berbentuk melengkung pada bahagian yang bertentangan dengan kedua-dua sudut.
Ciri-ciri binaan yang telah dibina oleh Nabi Ibrahim:
- Tingginya 9 hasta.
- Panjang di paras bumi dari Hajarul Aswad hingga ke penjuru sebelah Syam 32 hasta.
- Lebar di sebelah bahagian saluran air bermula dari penjuru Syam hingga ke penjuru sebelah barat 22 hasta.
- Panjang di paras bumi bermula dari penjuru sebelah barat hingga ke penjuru sebelah Yaman 31 hasta.
- Lebar di paras bumi bermula dari penjuru sebelah Yaman hingga ke Hajarul Aswad 20 hasta.
Selepas pembinaan Kaabah oleh Nabi Ibrahim, ia terus berdiri megah di bumi Allah dan tidak akan runtuh sehingga hari Kiamat. Namun usaha membaik pulih dan menyelenggarakan Kaabah tetap diteruskan sehingga sekarang. Berikut adalah rumusan sejarah pembinaan Kaabah.
- Binaan pertama: Malaikat
- Binaan kedua: Nabi Adam
- Binaan ketiga: Nabi Syith
- Binaan keempat: Nabi Ibrahim
- Binaan kelima: Kaum Amaliqah
- Binaan keenam: Kaum Jurhum
- Binaan ketujuh: Qusai bin Kilab (Abad keempat Masihi)
- Binaan kelapan: Abdul Mutalib
- Binaan kesembilan: Kaum Quraisy (Tahun 605 Masihi ketika Rasulullah berusia 35 tahun)
- Binaan ke-10: Abdullah ibnu Zubair (Tahun 64 hijrah)
- Binaan ke-11: Hajjaj bin Yusuf al-Thaqafi (Tahun 74 hijrah/693 Masihi)
- Binaan ke-12: Sultan Murad Khan (Tahun 1040 hijrah/1630 masihi)
Ahad, 5 Disember 2010
Awal Muharram (Doa awal & akhir -tahun )
AWAL MUHARRAM (DOA akhir & awal thn)
MUHARAM adalah bulan pertama dalam tahun Islam (Hijrah). Sebelum Rasulullah berhijrah dari Makkah ke Yathrib, kiraan bulan dibuat mengikut tahun Masihi. Hijrah Rasulullah memberi kesan besar kepada Islam sama ada dari sudut dakwah Rasulullah, ukhuwwah dan syiar Islam itu sendiri.
Pada asasnya, Muharam membawa maksud 'diharamkan' atau 'dipantang', iaitu Allah SWT melarang melakukan peperangan atau pertumpahan darah. Namun demikian larangan ini ditamatkan setelah pembukaan Makkah (Al Baqarah: 91). Sejak pemansuhan itu, umat Islam boleh melaksanakan tugas dan ibadat harian tanpa terikat lagi dengan larangan berkenaan.
Peristiwa-peristiwa penting:
1 Muharam - Khalifah Umar Al-Khattab mula membuat penetapan kiraan bulan dalam Hijrah.
10 Muharam - Dinamakan juga hari 'Asyura'. Pada hari itu banyak terjadi peristiwa penting yang mencerminkan kegemilangan bagi perjuangan yang gigih dan tabah bagi menegakkan keadilah dan kebenaran.
Pada 10 Muharam juga telah berlaku:
Nabi Adam bertaubat kepada Allah.
Nabi Idris diangkat oleh Allah ke langit.
Nabi Nuh diselamatkan Allah keluar dari perahunya sesudah bumi ditenggelamkan selama enam bulan.
Nabi Ibrahim diselamatkan Allah dari pembakaran Raja Namrud.
Allah menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa.
Nabi Yusuf dibebaskan dari penjara.
Penglihatan Nabi Yaakob yang kabur dipulihkkan Allah.
Nabi Ayub dipulihkan Allah dari penyakit kulit yang dideritainya.
Nabi Yunus selamat keluar dari perut ikan paus setelah berada di dalamnya selama 40 hari 40 malam.
Laut Merah terbelah dua untuk menyelamatkan Nabi Musa dan pengikutnya dari tentera Firaun.
Kesalahan Nabi Daud diampuni Allah.
Nabi Sulaiman dikurniakan Allah kerajaan yang besar.
Hari pertama Allah menciptakan alam.
Hari Pertama Allah menurunkan rahmat.
Hari pertama Allah menurunkan hujan.
Allah menjadikan 'Arasy.
Allah menjadikan Luh Mahfuz.
Allah menjadikan alam.
Allah menjadikan Malaikat Jibril.
Nabi Isa diangkat ke langit.
DOA AKHIR TAHUN HIJRAH
Doa Akhir Tahun dibaca 3 kali pada akhir waktu Asar atau sebelum masuk waktu Maghrib pada akhir bulan Zulhijjah.
Sesiapa yang membaca doa ini, Syaitan berkata :
"Kesusahan bagiku dan sia-sia lah pekerjaanku menggoda anak Adam pada setahun ini dan Allah binasakan
aku satu saat jua. Dengan sebab membaca doa ini, Allah ampunkan dosanya setahun"
DOA AWAL TAHUN
Doa Awal Tahun dibaca 3 kali selepas maghrib pada malam satu Muharram.
Sesiapa yang membaca doa ini, Syaitan berkata :
"Telah amanlah anak Adam ini daripada godaan pada tahun ini kerana Allah telah mewakilkan
dua Malaikat memeliharanya daripada fitnah Syaitan".
http://coretanilham.blogspot.com
Jumaat, 26 November 2010
Telaga Zam ZAM
Telaga zam - zam adalah sebagaimana telaga biasa, tetapi mempunyai riwayat yang tersendiri. Sejarahnya adalah berhubung kait dengan sejarah Nabi Ismail dan ibunya Siti Hajar (isteri Nabi Ibrahim ) yang datang ke Makkah. Mengikut asal mula riwayat telaga ini adalah seperti berikut; Nabi Ibrahim a.s. mempunyai dua orang isteri; Siti Sarah dan Siti Hajar (ibu Nabi Ismail).
Pada satu ketika terjadi pertelingkahan antara kedua isteri tersebut sehingga Siti Sarah bersumpah tidak akan tinggal bersama-sama ibu Ismail dalam satu negeri. Kemudian turunlah wahyu kepada Nabi Ibrahim supaya baginda bersama-sama anak dan isterinya (Ismail dan Hajar) pergi ke Makkah. Di waktu itu Makkah belum didiami manusia, hanya merupakan lembah pasir dan bukit-bukit yang tandus dan tidak ada air.
Apabila mereka tiba di Makkah, mereka tinggal di bawah sepohon pokok yang kering. Di tempat inilah bangunan Kaabah yang ada sekarang. Tidak berapa lama, kemudian Nabi Ibrahim meninggalkan mereka dengan dibekalkan sekantong kurma dan sekibah air.
Siti Hajar memerhatikan sikap suaminya yang menghairankan itu lalu bertanya ;
"Hendak kemanakah engkau Ibrahim ?"
"Sampai hatikah engkau meninggalkan kami berdua ditempat yang sunyi dan tandus ini ? ".
Pertanyaan itu berulang kali, tetapi Nabi Ibrahim tidak menjawab sepatah kata jua pun.
Siti Hajar bertanya lagi;
"Adakah ini memang perintah dari Allah ?"
Barulah Nabi Ibrahim menjawab, "ya".
Mendengar jawapan suaminya yang ringkas itu, Siti Hajar gembira dan hatinya tenteram. Ia percaya hidupnya tentu terjamin walaupun di tempat yang sunyi, tidak ada manusia dan tidak ada segala kemudahan. Sedangkan waktu itu, Nabi Ismail masih menyusu.
Selang beberapa hari, air yang dibekalkan Nabi Ibrahim habis. Siti Hajar berusaha mencari air di sekeliling sampai mendaki Bukit sofa dan Marwah berulang kali sehingga kali ketujuh (kali terakhir ) ketika sampai di Marwah, tiba-tiba terdengar oleh Siti Hajar suara yang mengejutkan, lalu ia menuju ke arah suara itu. Alangkah terkejutnya, bahawa suara itu ialah suara air memancar dari dalam tanah dengan derasnya. Air itu adalah air zam-zam.
Di sini Siti Hajar bertemu dengan Malaikat Jibril dan Jibril mengatakan kepadanya, " Jangan khuatir, di sini Baitullah ( rumah Allah ) dan anak ini (Ismail ) serta ayahnya akan mendirikan rumah itu nanti. Allah tidak akan mensia-siakan hambaNya".
Air zam-zam mempunyai keistimewaan dan keberkatan, ia boleh menyembuhkan penyakit, menghilangkan dahaga serta mengenyangkan perut yang lapar. Keistimewaan dan keberkatan itu di sebut dalam sepotong hadith Nabi yang bermaksud:, " Dari Ibnu Abbas r.a. katanya, Rasulullah s.a.w bersabda: "sebaik-baik air di muka bumi ialah air zam-zam, ia merupakan makanan yang mengenyangkan dan penawar bagi penyakit ". Riwayat - At Tabrani dan Ibnu Hibban.
Dibangunkan oleh Jabatan Mufti Melaka