Jumaat, 28 Januari 2011

Tuan Guru Bajang, KH MZainul Majdi MA Masa depan NTB dan Indonesia Baru


Posted by Badrut Tamam on Jul 8, '08 12:26 AM for everyone
Category:Other
Jabatan menteri agama pernah disandang oleh Tokoh Kita kali ini yang bernama lengkap TGKH Muhammad Zainul Majdi, MA. Koalisi Muda Parlemen Indonesia (KMPI) yang membentuk kabinet bayangan tentu tidak asal comot ketika memilih
Tuan Guru Bajang sebagai menteri agama , dalam proses penyusunan Shadow
Government KMPI melakukannya secara terukur melalui seleksi, kesediaan dan kecakapan. Secara obyektif ulama muda, cerdas dan kharismatik yang juga anggota DPR RI asal Partai Bulan Bintang ini dinilai mampu menduduki pos penting itu.

Tuan Guru Bajang adalah penerus perjuangan sang kakek Maulana Syaikh Zainuddin Abdul Madjid, pendiri Nahdlatul Wathan (NW) yang merupakan ormas Islam terbesar dan memiliki peran menentukan di Nusa Tenggara Barat. Semangat pergerakan yang mengalir dalam diri TGB mengingatkan kita kepada sosok Kiai Haji Mas Mansur, seorang ulama besar dan salah satu pejuang terbaik bangsa yang sesungguhnya juga pemrakarsa berdirinya Madrasah Nadhlatul Wathan di Surabaya.
Tuan Guru Bajang maupun Tuan Guru Mas Mansur tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan yang agamis, sama - sama menyadari pentingnya bekal ilmu yang memadai untuk memandu ummat, menuntut ilmu di almamater yang sama yakni Universitas Al Azhar Cairo (mesir) bahkan TGB mendapat gelar MA dan menjadi kandidat doktor, keduanya adalah ulama yang berketetapan hati bahwa Politik adalah alat dakwah dan media perjuangan sementara perjuangan penegakan syariat Islam harus digelorakan tanpa mengesampingkan kewajiban untuk senantiasa melindungi hak – hak ummat lain yang menjadi minoritas.
Islam yang Rahmatan lil Alamin tidak terjadi dengan sendirinya melainkan sebuah cita – cita yang secara Istiqomah harus diperjuangkan.

Pandangan TGB yang luas tentang Politik

Sesungguhnya seluruh wilayah kehidupan adalah lahan untuk dakwah. Termasuk wilayah politik. Apabila kemaslahatan dakwah menuntut kita untuk memanfaatkan politik, maka terjun ke politik adalah satu keniscayaan. Ketika kita melihat peluang untuk ishlahul ummah (memperbaiki umat) dapat dilakukan melalui jalur politik, maka hal itu harus dilakukan.
Politik (siyasah) dalam pandangan Islam adalah salah satu instrumen atau alat perjuangan. Maka dalam Islam dikenal as-siyasah asy-syar’iyyah yang menerangkan posisi politik sebagai alat dakwah.
Politik dalam Islam adalah politik etis yang mengedepankan cara-cara yang positif dalam mencapai tujuan. Politik dalam Islam tidak dan bukanlah politik yang menghalalkan segala cara. Para nabi, seperti Nabi Sulaiman, Nabi Yusuf bahkan Nabi Muhammad SAW berpolitik. Mereka menjadi pemimpin (raja). Itu tidak menyebabkan mereka berkurang derajat justru semakin mulia di sisi Alloh SWT. Zaman sekarang, politik sering dianggap kotor karena banyak diisi oleh orang-orang yang berpolitik dengan cara kotor, walaupun tentu tidak semuanya. Politik bisa menjadi baik apabila diisi oleh orang-orang baik. Politik itu seperti wadah atau gelas. Diisi racun menjadi mudharat. Diisi madu menjadi bermanfaat.

Sekilas tentang Tuan Guru Bajang

KH. Muhammad Zainul Majdi, MA, alias Tuan Guru Bajang Lahir di Pancor – Lombok Timur pada tanggal 31 Mei 1972 M / 18 Rabiul Akhir 1392 H, merupakan putra ketiga dari pasangan H.M.Djalaluddin, SH dengan Ummi Hajjah Siti Rauhun Zainuddin Abdul Madjid. Mengenyam pendidikan dasar di SDN 2 Mataram, Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah di Madrasah Mua’allimin Nahdlatul Wathan Pancor, Ma’had Daarul Qur’an Wal Hadist Nahdlatul Wathan Pancor. Kemudian melanjutkan study di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al Qur’an Universitas Al Azhar Cairo (Mesir) dan lulus meraih gelar Lc pada tahun 1995 dan Master of Art (MA) pada tahun 2000.
Sejak tahun 2002 menjadi kandidat doktor di Fakultas Ushuluddin Jurusan tafsir dan Ilmu-Ilmu Al Qur’an Universitas Al Azhar Cairo (Mesir). Pada Tahun 1997 Tuan Guru Bajang menikahi Hajjah Rabiatul Adawiyah, SE putri KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafii, Ulama terkenal asal Betawi yang juga Pimpinan Perguruan Islam Pondok Pesantren As Syafiiyah Jakarta, Tuan Guru Bajang telah dikarunia 4 orang putra dan putri.

Selain Aktivitas dakwahnya yang makin luas baik di Nusa Tenggara Barat maupun di Jakarta dan sekitarnya, TGB juga mendapat sejumlah kepercayaan dari ummat yaitu sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan dan Anggota Komisi X DPR-RI periode 2004 – 2009, beliau juga memangku amanat sebagai Rektor Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) Pancor – Lombok Timur, Ketua Yayasan Pendidikan Hamzanwadi dan Pimpinan Pondok Pesantren Darun Nahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor.

Kini Tuan Guru Bajang diberikan amanah yang besar sebagai Pejabat Gubernur yang terpilih melalui Pilkada Langsung pada 7 Juli 2008 kemarin, Tuan Guru Bajang diharapkan mampu memimpin masyarakat NTB untuk bangkit bersama dan mewujudkan masa depan NTB Baru.
Seluruh amanat yang diembannya menunjukkan dedikasi perjuangannya yang besar tidak hanya bagi warga Nahdlatul Wathan, keluarga besar partai bulan bintang dan NTB melainkan demi sebuah pencapaian yang tertinggi untuk ummat, bangsa dan negara.

Selamat Berjuang Tuan Guru…
Selamat Datang Fajar Kebangkitan Syariah di Belahan Timur Indonesia.

(Review oleh Badrut Tamam Gaffas)

Isnin, 24 Januari 2011

Mutiara Kisah (Taubat Sahabat Nabi)


Undur
Kisah 009
Maju

Tajuk:

Abu Sufyan bin Haris

...bdurrahman bin Sabit meriwayatkan, bahawa Sufyan bin Haris adalah saudara sesusuan Rasulullah SAW dari seorang wanita yang sama iaitu Halimah As-Sa’diyah. Di samping itu dia pun sudah sangat biasa bergaul dengan Rasulullah SAW kerana dia memang sebaya dengan baginda.

Ketika baginda diutus oleh Allah SWT sebagai Rasul-Nya, maka Abu Sufyan pun memusuhinya dengan permusuhan yang tidak pernah dilakukan oleh seseorang terhadap diri baginda. Dia menyerang Rasulullah SAW begitu juga dengan sahabat-sahabatnya. Bahkan selama dua puluh tahun dia menjadi musuh Rasulullah SAW saling serang menyerang dengan kaum Muslimin.

Dalam setiap kali peperangan yang dilakukan oleh orang kafir Quraisy dengan kaum Muslimin, Abu Sufyan bin Haris tidak pernah ketinggalan, sehingga akhirnya Allah SWT berkenan memasukkan sinar Islam dalam lubuk hatinya. Abu Sufyan bin Haris berkata: “Siapakah yang akan menjadi temanku, sedangkan kehadiran Islam semakin hari semakin kukuh?” Selepas itu ia menemui isteri dan anak-anaknya, lalu ia berkata: “Wahai isteri dan anak-anakku, bersiap-siaplah untuk keluar, kerana Muhammad tidak lagi akan datang!”

Anak-anak dan isterinya menjawab: “Sepatutnya telah terlalu awal lagi engkau menyedari, bahawa orang-orang Arab bahkan begitu juga orang-orang di luar bangsa Arab telah mengikutinya, sedangkan kamu sendiri masih tetap memusuhinya. Sepatutnya engkaulah orang yang pertama sekali membantunya!”

Kepada pelayannya Abu Sufyan memerintahkan: “Cepat bawa kemari unta dan kuda!”

Setelah unta dan kuda disiapkan, Abu Sufyan bersama dengan isteri dan anak-anaknya pun berangkat, hingga akhirnya mereka sampai di Abwa’, sedangkan pasukan pertama Rasulullah SAW sudah terlebih dahulu sampai di kota itu. Maka Abu Sufyan pun menyamar kerana takut di bunuh oleh pasukan Rasulullah SAW dan hanya berjalan kaki kira-kira satu mil.

Pada waktu itu pasukan Rasulullah SAW sudah mulai datang membanjiri kota Abwa’. Maka Abu Sufyan pun menyingkir kerana merasa takut dengan sahabat-sahabat baginda. Ketika Rasulullah SAW sudah mulai kelihatan yang sedang diiringi oleh para rombongan, Abu Sufyan pun segera berdiri di hadapannya. Ketika baginda melihatnya, ia langsung memalingkan mukanya ke arah lain. Abu Sufyan pun berpindah tempat ke arah baginda memalingkan muka. Namun baginda tetap terus memalingkan mukanya ke arah yang lain pula.

Dalam hati Abu Sufyan berkata: “Sebelum aku sampai kepadanya, mungkin aku akan mati terbunuh, akan tetapi aku ingat akan kebaikan dan kasih sayangnya, justeru itulah rasa harapan masih tetap ada dalam hatiku. Dari semenjak dulu lagi aku berkeyakinan, bahawa Rasulullah berserta para sahabatnya akan sangat bergembira bila aku masuk Islam, kerana adanya tali persaudaraanku dengan baginda.”

Melihat Rasulullah SAW berpaling dari Abu Sufyan, maka kaum Muslimin pun berpaling darinya. Dia melihat putera Abu Quhafah iaitu Abu Bakar Siddik pun berpaling darinya. Abu Sufyan memandang ke arah Umar yang sedang bangkit amarahnya, dalam keadaan marah Umar berkata: “Wahai musuh Allah, kamu adalah orang yang selalu menyakiti Rasulullah SAW dan para sahabatnya! Bahkan permusuhanmu itu terhadap umat Islam telah diketahui orang baik yang berada di belahan dunia Timur mahupun Barat!”

Mendengar ungkapan dari Umar tersebut, maka Abu Sufyan berusaha untuk membela dirinya. Akan tetapi usahanya itu tidak berhasil, kerana Umar meninggikan suaranya dan Abu Sufyan merasakan pada saat itu bahawa dirinya sudah terkepung oleh hutan belukar manusia yang merasa gembira atas apa yang terjadi pada dirinya.

Dalam keadaan demikian Abu Sufyan berkata: “Wahai bapa saudaraku Abbas, dulu aku pernah datang ke rumahmu serta berharap bahawa Rasulullah SAW akan merasa bergembira jika aku masuk Islam, kerana antara diriku dengan dirinya ada pertalian saudara, di samping itu kami keduanya dari kalangan keluarga terhormat. Akan tetapi kenyataan sebagaimana yang engkau saksikan sendiri wahai bapa saudaraku, mereka seakan-akan tidak mahu menerima kehadiranku! Untuk itu aku bermohon kepadamu wahai bapa saudaraku, supaya engkau berkenan mengajak Muhammad berunding mengenai diriku, sehingga ia redha terhadapku!”

Bapa saudaranya menjawab: “Tidak, demi Allah, setelah aku menyaksikan semuanya ini, sepatah katapun aku tidak mahu berunding dengannya, kecuali jika ada alasan yang lebih kuat!”

Abu Sufyan bertanya: “Wahai bapa saudaraku, dengan siapa lagi aku harus mengadu?”

“Pergilah kamu mengadu ke sana,” jawab bapa saudaranya.

Kemudian Abu Sufyan menemui Ali bin Abi Talib serta mengajaknya berbicara. Akan tetapi jawapan yang diberikan oleh Ali sama saja dengan jawapan bapa saudaranya Abbas. Sehingga akhirnya ia terpaksa lagi pergi kepada bapa saudaranya Abbas serta memohon kepadanya: “Aku mohon kepadamu wahai bapa saudaraku, sudilah kiranya engkau mencegah orang-orang mencaci makiku.”

Abbas bertanya: “Siapa sebenarnya orang yang mencaci makimu itu?”
Abu Sufyan menjelaskan ciri-ciri orangnya: “Dia adalah orang yang berkulit kuning langsat, tubuhnya agak pendek, gemuk dan di antara kedua matanya terdapat bekas luka.

Abbas menjawab: “Dia adalah Nu’aiman bin Haris An-Najjari.”

Maka Bapa saudaranya Abbas pun menemuinya dan berkata: “Wahai Nu’aiman, Abu Sufyan adalah anak dari bapa saudara Rasulullah SAW dan dia juga anak saudaraku sendiri, walaupun Rasulullah SAW kelihatan tidak menyukainya. Akan tetapi aku yakin, bahawa masih ada harapan baginya untuk mendapatkan keredhaan Rasulullah SAW. Oleh kerana itu aku memohon kepadamu supaya kamu berhenti dari mencaci makinya.

Mendengar ungkapannya dari Abbas itu maka Nu’aiman berkata: “Baiklah, aku tidak akan mengganggunya lagi.”

Pada waktu itu Abu Sufyan sungguh merasa menderita, kerana tidak ada seorangpun yang mahu menegurnya. Walaupun demikian dia tetap berusaha, setiap kali Rasulullah SAW singgah di sebuah rumah, ia tetap berada di depan pintu rumah tersebut. Namun Rasulullah SAW tetap tidak pernah melihatnya dan memalingkan wajah dari dirinya.
Walaupun dalam keadaan demikian, dia terus tetap berusaha untuk mendapatkan keredhaan dari Rasulullah SAW, sehingga akhirnya dia menyaksikan sendiri Rasulullah SAW bersama dengan pasukan kaum Muslimin lainnya menaklukkan kota Makkah.

Abu Sufyan tetap terus berada dekat kuda yang ditunggangi oleh Rasulullah SAW sehingga akhirnya baginda singgah di Abtah. Pada saat itu Rasulullah SAW memandang Abu Sufyan dengan pandangan yang agak lembut dari sebelumnya, dan Abu Sufyan mengharapkan mudah-mudahan Rasulullah mahu senyum kepadanya.

Beberapa kaum wanita dari bani Abdul Mutalib datang menemui baginda yang diikuti oleh isteri Abu Sufyan. Setelah itu Rasulullah SAW pergi ke masjid, Abu Sufyan pun tetap setia mengikuti baginda dan tidak sedikitpun ingin berpisah dengannya.

Akhirnya Rasulullah SAW berangkat menuju Hawazin dan Abu Sufyan pun masih tetap mengikutinya. Pada waktu terjadinya peperangan melawan musuh, maka Abu Sufyan pun segera memacu kudanya dengan sebilah pedang yang terhunus, dan ia bertekad, untuk menebus dosa-dosanya selama ini, tidak ada jalan lain kecuali ia harus mati dalam memperjuangkan agama Allah.

Melihat keadaan demikian, kepada Rasulullah, Abbas bapa saudara Abu Sufyan bin Haris berkata: “Wahai Rasulullah, aku bermohon supaya engkau berkenan meredhainya.”

Rasulullah SAW bersabda: “Aku telah meredhainya dan Allah pun telah berkenan mengampunkan segala kesalahannya dan segala bentuk permusuhan yang dilakukannya kepadaku selama ini.”

Mendengar ungkapan Rasulullah demikian, maka Abu Sufyan pun segera mencium kaki Rasulullah yang pada saat itu sedang menunggang kudanya. Maka pada saat itu Rasulullah SAW menoleh ke arah Abu Sufyan dan bersabda: “Engkau adalah benar-benar saudaraku!”

Selepas itu Rasulullah SAW memerintahkan kepada Abbas agar memerintahkan kepada seluruh pasukan perang supaya maju ke medan perang dengan kata-kata: “Majulah kamu dan binasakanlah musuh-musuh itu.”

Kerana telah mendapat perintah dari Rasulullah SAW, maka Abu Sufyan segera melaksanakan tugasnya. Cuma dengan hanya sekali serangan saja, para tentera musuh berlari kucar kacir. Mereka tidak berani membalas serangan tersebut, sehingga akhirnya Abu Sufyan berhasil mengejar mereka dan tentera musuh lari sejauh tiga mil.

Demikianlah Abu Sufyan, semenjak dia masuk ke dalam Islam, ia sentiasa taat beribadah kepada Allah SWT bahkan dalam suatu riwayat pula dikatakan, bahawa Abu Sufyah tidak pernah mengangkat kepalanya apabila ia berada di depan Rasulullah SAW. Begitu juga pada waktu ajal akan menjemputnya ia berpesan: “Jangan engkau menangisi aku, kerana semenjak aku masuk Islam, aku tidak pernah berbuat dosa.”

Setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, Abu Sufyan bin Haris selalu menangisi dan meratapinya dengan syairnya:

Aku tidak dapat tidur dan malam pun susah berakhir
Malam bagi orang yang ditimpa bencana akan lama rasanya.
Tangisanku membuatkan aku bahagia
Sesungguhnya musibah yang menimpa kaum Muslimin itu tidaklah seberapa
Betapa besar dan beratnya cubaan ini
pada waktu mendengar berita bahawa Rasulullah sudah tiada
Bumi tempat tinggal kita inipun ikut serta menderita
sehingga terasa miring segala sudutnya.
Telah terputuslah wahyu Al-Quran dari kita
di mana dahulu malaikat Jibril selalu datang membawanya.
Dialah Nabi yang telah melenyapkan syak wasangka kita
dengan wahyu yang diturunkan kepadanya dan sabdanya
Bagindalah yang telah menunjuki kita
sehingga kita tidak perlu bimbang dan terpedaya
Rasulullah selalu siap memberikan petunjuknya kepada kita
Fatimah, jika kamu bersedih meratapinya, hal yang demikian itu dapat kami mengerti.
Akan tetapi jika engkau tidak bersedih, itulah jalan yang baik yang telah ditunjukkannya.
Makam ayahku adalah makam dari setiap makam
kerana di dalamnya bersemayam seorang Rasul
tuan bagi seluruh manusia.

^ Kembali ke atas ^

Ikrimah Bin Abu Jahal

...bu Ishaw As-Ayabi’i meriwayatkan, ketika Rasulullah SAW berhasil menaklukkan kota Makkah, maka Ikrimah berkata: Aku tidak akan tinggal di tempat ini!” Setelah berkata demikian, dia pun pergi berlayar dan memerintahkan supaya isterinya membantunya. Akan tetapi isterinya berkata: “Hendak kemana kamu wahai pemimpin pemuda Quraisy?” Apakah kamu akan pergi kesuatu tempat yang tidak kamu ketahui?”

Ikrimah pun melangkahkan kakinya tanpa sedikitpun memperhatikan perkataan isterinya.

Ketika Rasulullah SAW bersama para sahabat lainnya telah berhasil menaklukkan kota Makkah, maka kepada Rasulullah isteri Ikrimah berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya Ikrimah telah melarikan diri ke negeri Yaman kerana ia takut kalau-kalau kamu akan membunuhnya. Justeru itu aku memohon kepadamu supaya engkau berkenan menjamin keselamatannya.”

Rasulullah SAW menjawab: “Dia akan berada dalam keadaan aman!” Mendengar jawapan itu, maka isteri Ikrimah memohon diri dan pergi untuk mencari suaminya. Akhirnya dia berhasil menemukannya di tepi pantai yang berada di Tihamah. Ketika Ikrimah menaiki kapal, maka orang yang mengemudikan kapal tersebut berkata kepadanya: “Wahai Ikrimah, ikhlaskanlah saja!”

Ikrimah bertanya: “Apakah yang harus aku ikhlaskan?”

“Ikhlaskanlah bahawa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan akuilah bahawa Muhammad adalah utusan Allah!” Kata pengemudi kapal itu.

Ikrimah menjawab: “Tidak, jesteru aku melarikan diri adalah kerana ucapan itu.”

Selepas itu datanglah isterinya dan berkata: “Wahai Ikrimah putera bapa saudaraku, aku datang menemuimu membawa pesan dari orang yang paling utama, dari manusia yang paling mulia dan manusia yang paling baik. Aku memohon supaya engkau jangan menghancurkan dirimu sendiri. Aku telah memohonkan jaminan keselamatan untukmu kepada Rasulullah SAW.”

Kepada isterinya Ikrimah bertanya: “Benarkah apa yang telah engkau lakukan itu?”

Isterinya menjawab: “Benar, aku telah berbicara dengan baginda dan baginda pun akan memberikan jaminan keselamatan atas dirimu.”

Begitu saja mendengar berita gembira dari isterinya itu, pada malam harinya Ikrimah bermaksud untuk melakukan persetubuhan dengan isterinya, akan tetapi isterinya menolaknya sambil berkata: “Engkau orang kafir, sedangkan aku orang Muslim.”

Kepada isterinya Ikrimah berkata: “Penolakan kamu itu adalah merupakan suatu masalah besar bagi diriku.”

Tidak lama selepas Ikrimah bertemu dengan isterinya itu, mereka pun pulang kembali, setelah mendengar berita bahawa Ikrimah sudah pulang, maka Rasulullah SAW segera ingin menemuinya. Kerana rasa kegembiraan yang tidak terkira, sehingga membuatkan Rasulullah SAW terlupa memakai serbannya.

Setelah bertemu dengan Ikrimah, baginda pun duduk. Ketika itu Ikrimah berserta dengan isterinya berada di hadapan Rasulullah SAW Ikrimah lalu berkata: “Sesungguhnya aku bersaksi bahawa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahawa Muhammad adalah utusan Allah.”

Mendengar ucapan Ikrimah itu, Rasulullah SAW sangat merasa gembira, selanjutnya Ikrimah kembali berkata: “Wahai Rasulullah, ajarkanlah sesuatu yang baik yang harus aku ucapkan.”

Rasulullah SAW menjawab: “Ucapkanlah bahawa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. Ikrimah kembali bertanya: “Selepas itu apa lagi?” Rasulullah menjawab: “Ucapkanlah sekali lagi, aku bersaksi bahawa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahawa sesungguhnya Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.” Ikrimah pun mengucapkan apa yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW selepas itu baginda bersabda: “Jika sekiranya pada hari ini kamu meminta kepadaku sesuatu sebagaimana yang telah aku berikan kepada orang lain, nescaya aku akan mengabulkannya.”

Ikrimah berkata: “Aku memohon kepadamu ya Rasulullah, supaya engkau berkenan memohonkan ampunan untukku kepada Allah atas setiap permusuhan yang pernah aku lakukan terhadap dirimu, setiap perjalanan yang aku lalui untuk menyerangmu, setiap yang aku gunakan untuk melawanmu dan setiap perkataan kotor yang aku katakan di hadapan atau di belakangmu.”

Maka Rasulullah SAW pun berdoa: “Ya Allah, ampunilah dosanya atas setiap permusuhan yang pernah dilakukannya untuk bermusuh denganku, setiap langkah perjalanan yang dilaluinya untuk menyerangku yang tujuannya untuk memadamkan cahaya-Mu dan ampunilah dosanya atas segala sesuatu yang pernah dilakukannya baik secara langsung berhadapan denganku mahupun tidak.”

Mendengar doa yang dipohon oleh Rasulullah SAW itu, alangkah senangnya hati Ikrimah, maka ketika itu juga ia berkata: “Ya Rasulullah! Aku bersumpah demi Allah, aku tidak akan membiarkan satu dinar pun biaya yang pernah aku gunakan untuk melawan agama Allah, melainkan akan aku ganti berlipat ganda demi membela agama-Nya. Begitu juga setiap perjuangan yang dahulu aku lakukan untuk melawan agama Allah, akan aku ganti dengan perjuangan yang berlipat ganda demi membela agama-Nya, aku akan ikut berperang dan berjuang sampai ke titisan darah yang terakhir.”

Demikianlah keadaan Ikrimah, setelah ia memeluk Islam, ia sentiasa ikut dalam peperangan hingga akhirnya ia terbunuh sebagai syahid. Semoga Allah berkenan melimpahkan kurnia dan rahmat-Nya kepada Ikrimah.

Dalam riwayat yang lain pula diceritakan, bahawa ketika terjadinya Perang Yarmuk, Ikrimah juga ikut serta berperang sebagai pasukan perang yang berjalan kaki, pada waktu itu Khalid bin Walid mengatakan: “Jangan kamu lakukan hal itu, kerana bahaya yang akan menimpamu adalah lebih besar!”

Ikrimah menjawab: “Kerana kamu wahai Khalid telah terlebih dahulu ikut berperang bersama Rasalullah SAW, maka biarlah hal ini aku lakukan!”

Ikrimah tetap meneruskan niatnya itu, hingga akhirnya ia gugur di medan perang. Pada waktu Ikrimah gugur, ternyata di tubuhnya terdapat lebih kurang tujuh puluh luka bekas tikaman pedang, tombak dan anak panah. Abdullah bin Mas’ud pula berkata: Di antara orang-orang yang termasuk dalam barisan Perang Yarmuk adalah Haris bin Hisyam, Ikrimah bin Abu Jahal dan Suhail bin Amar. Di saat-saat kematian mereka, ada seorang sahabat yang memberinya air minum, akan tetapi mereka menolaknya. Setiap kali air itu akan diberikan kepada salah seorang dari mereka yang bertiga orang itu, maka masing-masing mereka berkata: “Berikan saja air itu kepada sahabat di sebelahku.” Demikianlah keadaan mereka seterusnya, sehingga akhirnya mereka bertiga menghembuskan nafas yang terakhir dalam keadaan belum sempat meminum air itu.

Dalam riwayat yang lain pula ditambahkan: “Sebenarnya Ikrimah bermaksud untuk meminum air tersebut, akan tetapi pada waktu ia akan meminumnya, ia melihat ke arah Suhail dan Suhail pun melihat ke arahnya pula, maka Ikrimah berkata: “Berikanlah saja air minum ini kepadanya, barangkali ia lebih memerlukannya daripadaku.” Suhail pula melihat kepada Haris, begitu juga Haris melihat kepadanya. Akhirnya Suhail berkata: “Berikanlah air minum ini kepada siapa saja, barangkali sahabat-sahabatku itu lebih memerlukannya daripadaku.” Begitulah keadaan mereka, sehingga air tersebut tidak seorangpun di antara mereka yang dapat meminumnya, sehingga mati syahid semuanya. Semoga Allah melimpahkan kurnia dan rahmat-Nya kepada mereka bertiga. Amin.”

^ Kembali ke atas ^


Dipetik Dari Buku: 1001 Keinsafan " Kisah-kisah Insan Bertaubat".
Pengarang: Kasmuri Selamat MA.



All Right Reserved Darul Nu'man © EMAG 1991

Isnin, 17 Januari 2011

Abu Ubaidah bin Jarah ra.


Abu Ubaidah bin Jarah ra.

Kelahiran dan perkembangannya: Abu Ubaidah bin Jarah ra. lahir di Mekah, di sebuah rumah keluarga suku Quraisy terhormat. Nama lengkapnya adalah Amir bin Abdullah bin Jarah yang dijuluki dengan Abu Ubaidah. Abu Ubaidah adalah seorang yang berperawakan tinggi, kurus, berwibawa, bermuka ceria, rendah diri dan sangat pemalu. Beliau termasuk orang yang berani ketika dalam kesulitan, dia disenangi oleh semua orang yang melihatnya, siapa yang mengikutinya akan merasa tenang. Masuk Islam dari sejak dini: Abu Ubaidah termasuk orang yang masuk Islam dari sejak dini, dia memeluk Islam satu hari setelah Abu Bakar sidik r.a. memeluk Islam. Dia masuk Islam bersama Abdurrahman bin Auf, Usman bin Mazun dan Arqom bin Abil Arqom di tangan Abu Bakar Sidik. Abu Bakar lah yang membawakan mereka menemui Rasulullah saw. untuk menyatakan syahadat di depan beliau. Abu Ubaidah sempat mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah saw. Dia lah yang membunuh ayahnya yang berada di pasukan musyrikin dalam perang Badar, sehingga ayat Alquran turun mengenai dia seperti tertera dalam suarah Al Mujadilah ayat 22. Artinya, "Engkau tidak menemukan kaum yang beriman kepada Allah dan hari kiamat yang mengasihi orang-orang yang menentang Allah swt. dan Rasulullah, walaupun orang tersebut ayah kandung, anak, saudara atau keluarganya sendiri. Allah telah mematri keimanan di dalam hati mereka dan Dia bekali pula dengan semangat. Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, mereka akan kekal di dalamnya. Akan menyenangi mereka, di pihak lain mereka pun senang dengan Allah. Mereka itulah perajurit Allah, ketahuilah bahwa perajurit Allah pasti akan sukses. (Al-Mujadilah, 22) Gagah dan Jujur: Rasulullah saw. menjulukinya dengan seorang yang "Gagah dan Jujur". Suatu ketika datang sebuah delegasi dari kaum Kristen menemui Rasulullah saw. Mereka mengatakan, "Ya Ayah Kasim! Kirimkanlah bersama kami seorang sahabatmu yang engkau percayai untuk menyelesaikan perkara kebendaan yang sedang kami pertengkarkan, karena kaum muslimin di pandangan kami adalah orang yang disenangi." Rasulullah saw. bersabda kepada mereka, "Datanglah ke sini nanti sore, saya akan kirimkan bersama kamu seorang yang 'gagah dan jujur'." Dalam kaitan ini, Umar bin Khatab r.a. mengatakan, "Saya berangkat mau salat Zuhur agak cepat, sama sekali bukan karena ingin ditunjuk sebagai delegasi, tetapi karena memang saya senang pergi salat cepat-cepat. Setelah Rasulullah selesai mengimami salat Zuhur bersama kami, beliau melihat ke kiri dan ke kanan. Saya sengaja meninggikan kepala saya agar beliau melihat saya, namun beliau masih terus membalik-balik pandangannya kepada kami. Akhirnya beliau melihat Abu Ubaidah bin Jarah, lalu beliau memanggilnya sambil bersabada, 'Pergilah bersama mereka, selesaikanlah kasus yang menjadi perselisihan di antara mereka dengan adil.' Lalu Abu Ubaidah pun berangkat bersama mereka." Sikapnya Dalam Peristiwa Saqifah: Sepeninggal Rasulullah saw. Umar bin Khatab r.a. mengatakan kepada Abu Ubaidah bin Jarah di hari Saqifah, "Ulurkan tanganmu! Agar saya baiat kamu, karena saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Sungguh di setiap kaum terdapat orang jang jujur. Orang yang jujur di kalangan umatku adalah Abu Ubaidah.' Lalu Abu Ubaidah menjawab, 'Saya tidak mungkin berani mendahului orang yang dipercayai oleh Rasulullah saw. menjadi imam kita di waktu salat, oleh sebab itu kita seyogianya membuatnya jadi imam sepeninggal Rasulullah saw. Jihadnya: Abu Ubaidah bin Jarah r.a. ikut partisipasi dalam semua peperangan Islam, bahkan selalu mempunyai andil besar dalam setiap peperangan tersebut. Dia berangkat membawa pasukan menuju negeri Syam, dengan izin Allah dia berhasil menaklukkan semua negeri tersebut. Ketika wabah penyakit Taun merajalela di negari Syam, Khalifah Umar bin Khatab r.a. mengirim surat untuk memanggil kembali Abu Ubaidah. Namun Abu Ubaidah menyatakan keberatannya sesuai dengan isi surat yang dikirimkannya kepada khalifah yang berbunyi, "Hai Amirul Mukminin! Sebenarnya saya tahu, kalau kamu memerlukan saya, akan tetapi seperti kamu ketahui saya sedang berada di tengah-tengah serdadu muslimin. Saya tidak ingin menyelamatkan diri sendiri dari musibah yang menimpa mereka dan saya tidak ingin berpisah dari mereka sampai Allah sendiri menetapkan keputusannya terhadap saya dan mereka. Oleh sebab itu, sesampainya surat saya ini, tolonglah saya dibebaskan dari rencana baginda dan izinkanlah saya tinggal di sini." Setelah Umar r.a. membaca surat itu, dia menangis, sehingga para hadirin bertanya, "Apakah Abu Ubaidah sudah meninggal?" Umar menjawabnya, "Belum, akan tetapi kematiannya sudah di ambang pintu." Biografinya: Sepeninggal Abu Ubaidah r.a. Muaz bin Jabal berpidato di hadapan kaum muslimin yang berisi, "Hai sekalian kaum muslimin! Kalian sudah dikejutkan dengan berita kematian seorang pahlawan, yang demi Allah saya tidak menemukan ada orang yang lebih baik hatinya, lebih jauh pandangannya, lebih suka terhadap hari kemudian dan sangat senang memberi nasihat kepada semua orang dari dia. Oleh sebab itu kasihanilah dia, semoga kamu akan dikasihani Allah." Wafatnya: Menjelang kematian Abu Ubaidah r.a. dia memesankan kepada serdadunya sbb., "Saya pesankan kepada kalian sebuah pesan, jika kalian terima, kalian akan baik, 'Dirikanlah salat, bayar zakat, puasalah bulan Ramadan, berdermalah, tunaikan ibadah haji dan umrah, saling nasihat menasihatilah kalian, sampaikanlah nasihat kepada pimpinan kalian, jangan suka menipunya, janganlah kalian terpesona dengan keduniaan, karena betapapun seorang melakukan seribu upaya, dia pasti akan menemukan kematiannya seperti saya ini. Sungguh Allah telah menetapkan kematian untuk setiap pribadi manusia, oleh sebab itu semua mereka pasti akan mati. Orang yang paling beruntung adalah orang yang paling taat kepada Allah dan paling banyak bekalnya untuk akhirat...Assalamu alaikum warahmatullah'." Kemudian beliau melihat kepada Muaz bin Jabal r.a. dan mengatakan, "Ya Muaz! Imamilah salat mereka." Setelah itu, Abu Ubaidah r.a. pun menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Selasa, 11 Januari 2011

Ceramah Umum Bulanan Masjid Negeri


Ceramah Umum Bulanan Masjid Negeri, Negeri Sembilan

Penceramah Undangan : Yahya B.Mohamed Yusof
(Pengasas Dan Pengarah Kem Ar.Riqab Kewaja)

Tarikh : 28.January 2011 [Jumaat]
Tempat : Dewan Solat Masjid Negeri
Masa : Selepas Solat Magrib
Tajuk Ceramah :Wanita Didahulukan Marwah Utamakan

semua muslimin dan muslimat di jemput hadir - beramai-ramai

Pemikiran Sayyid Muhammad ibn ' Al Maliki Al Hasani


Pemikiran Sayyid Muhammad ibn 'Alawi Al Maliki Al Hasani
Nama Sayyid Muhammad ibn 'Alawi Al Maliki Al Hasani memang jarang didengari oleh umat Islam di Malaysia. Nama tokoh seperti Sheikh Yusuf Al-Qaradawi, Sheikh Ramadan Al-Buti, Sheikh Taha Jabir Al-Wani, Prof Ismail Faruqi, Hassan Al-Banna serta beberapa orang tokoh popular lagi. Karya-karya mereka sudah tersebar luas di negara ini, malah turut dijadiksn silibus pengajian di sekolah atau universiti. Pemikiran umat Islam di sini turut dipengaruhi oleh idea-idea serta manhaj pemikiran yang digagaskan oleh beliau.

Sayyid Muhammad merupakan ulama besar yang lahir di Mekah. Kelahiran beliau ibarat sebutir permata yang menyinari muka bumi. Berasal daripada keturunan yang mulia, beliau pernah mengatakan dengan penuh syukur dan nikmat,"Daripada ayahandaku, kemudian nendaku, dan seterusnya sampai kepada Rasul Sallahu'alaihi Wasalam yang terpilih, adalah penghulu dan orang alim". Beliau mewarisi sifat seorang ulama daripada ayahanda beliau sendiri, Sayyid 'Alawi yang juga merupakan ulama terkenal di Mekah.


Kenapa umat Islam di Malaysia perlu mengenali dengan lebih lanjut akan tokoh ini? Sebenarnya tokoh besar ini mempunyai banyak mutiara berharga yang boleh dikongsi bersama dengan kita. Umat Islam di sini seharusnya bersyukur kerana sentiasa diberi nikmat dan kesempatan untuk terus mengenali tokoh- tokoh yang banyak berjasa kepada umat. Tidak rugi rasanya jika kita berkenalan dengan ulama ulung ini yang telah meninggalkan ramai anak muridnya di Malaysia, termasuk anak muridnya yang paling dikasihi, sehingga menerima anugerah gelaran keluarga 'Al Maliki' iaitu, Muhammad Fuad Kamaluddin. Beliau adalah antara anak murid yang paling setia dan disayangi oleh beliau.

Berasal dari Rembau, baru berumur 34 tahun. Pernah menerima anugerah Tokoh Maal Hijrah peringkat Negeri Sembilan pada tahun 2006. Beliau merupakan salah seorang daripada Ahli Majlis Fatwa Negeri Sembilan di samping menguruskan sebuah madrasah di Rembau. Telah menghasilkan lebih seratus buku mengenai agama, termasuk terjemahan kitab-kitab yang ditulis oleh gurunya. Dalam kesibukan umat Islam di Malaysia mengangkat artis, ahli sukan atau sesiapa sahaja sebagai idola, sepatutnya beliau menjadi idola terutama sekali di kalangan generasi muda.

Dr Siddiq Fadzil pernah mengatakan bahawa kita kebanjiran idola tetapi kemarau tauladan. Jika bertanya kepada anak muda, mereka lebih mengenali artis dan ahli sukan. Walaupun ada di kalangan mereka yang baik serta boleh dijadikan sebagai tauladan, namun begitu hakikatnya tetapi ramai yang tidak mempunyai keterampilan yang terpuji untuk dijadikan sebagai suri tauladan. Maka tidak boleh untuk kita menyalahkan generasi muda yang bermasalah kerana terpengaruh dengan idola-idol mereka.

Sayyid Muhammad 'Alawi telah mewariskan manhaj yang boleh dimanfaatkan oleh umat Islam di sini. Yang pertama ialah manhaj bersanad yang sekian lama menjadi amalan di kalangan penuntut ilmu. Budaya ini (manhaj bersanad) bertujuan untuk memastikan ada salasilah atau ikatan langsung ilmu atau amalan yang kita buat sehingga sampai ke Baginda Sallahu'alaihi Wasalam. Budaya berijazah ini juga boleh menghadirkan keberkatan dalam menuntut ilmu.

Sheikh Fuad dalam sebuah biografi beliau yang berjudul, Sheikh Fuad yang aku kenali, mengatakan, walaupun beliau tidak mengambil masa yang lama ketika menghabiskan menuntut di Tanah Arab, tetapi beliau merasai keberkatan ilmu yang diperolehi melalui pendekatan sanad dan ijazah yang dilaksanakan oleh guru beliau. Yang kedua ialah manhaj dakwah dan pemikiran gurunya yang bersifat sederhana ataupun Wasatiyyah, yang selari dengan ajaran Islam. Apabila kefahaman akidah dan ibadat diperkuatkan dengan amalan kerohanian, mesej dakwah yang dibawa mampu menyentuh hati umat. Beliau telah menjadikan amalan zikir, hizib serta tazkiah nafs sebagai amalan wajib untuk dirinya. Sayyid Muhammad dalam aspek pemikiran fiqh sebagai contoh, Walaupun bermazhab Maliki, Sayyid Muhammad juga arif serta merupakan pakar dalam mazhab Syafie, Hanbali, serta Hanafi.

Bahkan beliau juga pernah mengatakan bahawa "Saya adalah 'anak' kepada mazhab yang empat". Oleh itu, tidak timbul isu menganut fahaman yang tidak bermazhab atau membuta tuli ketika mengeluarkan hukum. Benarlah seperti apa yang terkandung dalam buku Sheikh Yusuf Qaradawi, Kaifa Nata'amal Bil Khilaf Mazahib, (Bagaimana Beramal dengan Kepelbagaian Mazhab), tidak akan timbul sebarang konflik atau pertengkaran jika seseorang itu memahami kepelbagaian mazhab. Yang ketiganya ialah kegigihan beliau dalam menuntut ilmu. Sayyid Muhammad telah menyempurnakan menyempurnakan ijazah di peringkat Kedoktoran dalam bidang hadith dari Universiti Al- Azhar denga keputusan Mumtaz ketika berusia 25 tahun. Tesis yang ditulis oleh beliau telah mendapat pujian dan sanjungan besar dari ulama-ulama besar Azhar, seperti Imam Muhammad Al Sayis, Sheikh Muhammad Abu Zahu dan lain- lain. Dalam pada itu, beliau juga dikhabarkan telah menghafaz Al-Quran ketika berusia tujuh tahun dan menghafaz kitab Al Muwatta' ketika berusia 15 tahun.

Beliau mendapat jolokan 'Muwatta’ berjalan” kerana kepakarannya yang mendalam dalam memahami kitab hadith yang unggul ini. Dalam konteks hari ini, adalah mustahil untuk menemui ulama seperti beliau. Yang keempat ialah kecintaan mendalam terhadap ilmu. Sheikh Fuad menerusi bukunya, Manaqib Tiga Permata Masjidil Haram, memetik kenyataan Sayyid Muhammad "Sesungguhnya aku tidak mampu hidup tanpa mengajar. Aku tidak merasa gembira bahkan semasa bermusafir kecuali dengan menyampaikan ilmu dan menghadiri halaqah- halaqah ilmu". Beliau juga amat mencintai ilmu dan sering berusaha untuk meningkatkan keilmuannya. Beliau mengisi waktu rehatnya dengan ilmu untuk beroleh ketenangan. Bagi kita pula, rehat mungkin bererti menonton wayang, membeli-belah, menghisap rokok dan sebagainya.

Beliau bukan setakat mencintai ilmu, tetapi beliau juga memuliakan ilmu dalam erti kata sebenar. Bagi Sayyid Muhammad, ilmu merupakan suatu perkara yang amat mulia dan berharga dan ia tidak sepatutnya diletakkan melainkan di tempatnya serta tidak diberikan kepada orang yang tidak layak (yang mempunyai hati yang busuk ataupun tidak ikhlas). Oleh itu bukanlah suatu perkara yang mudah untuk seseorang itu diterima belajar di madrasahnya, sehinggakan, beliau mewajibkan anak muridnya supaya menunaikan solat sunat Istikharah sebelum memulakan pengajian. Beliau sering mengatakan bahawa ,"Saya tidak akan menerima seseorang itu belajar dengan saya kecuali dengan isyarat (daripada Allah)".

Sayyid Muhammad telah meninggalkan warisan berupa kitab-kitab karangan beliau yang berjumlah hampir 100 buah dalam pelbagai disiplin kepada kita. Antara kitab yang paling masyhur ialah, “Mafahim Yahibu an Tusohhah “(Kefahaman yang Wajib Dibetulkan) yang telah menerima pujian daripada 50 orang ulama Islam dari seluruh dunia Islam. Beliau sendiri menganggap buku tersebut sebagai sesuatu yang istimewa, dengan mengatakan,"Kitab karangan saya yang paling akrab dengan saya ialah “Mafahim Yahibu an Tusohhah". Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu. Beliau meninggal dunia pada waktu sahur hari Jumaat, 15 Ramadan 1425 bersamaan 29 Oktober 2004 ketika berusia 60 tahun. Ketika dibawa jenazah beliau, ratusan ribu manusia mengiringi jenazahnya ke kubur, dengan tangisan, takbir dan tahlil. Sheikh Sayyid Thantawi, Sheikh Al-Azhar dengan sedihnya mengatakan, "Kewafatan Sheikh Maliki bukan sahaja merupakan kehilangan bagi Kerajaan Arab Saudi, tetapi juga merupakan kehilangan untuk seluruh alam, umat ini dan negara- negara Islam".

Oleh Mohd Hilmi Ramli
Presiden PKPIM

Khamis, 6 Januari 2011

Abdullah bin abbas mengajar hambanya


Abdullah bin Abbas Mengajar Hambanya.
Ikramah, hamba kepada Abdullah bin Abbas radhiAllahu `anhu merupakan salah seorang dari ulama` yang unggul. Dia berkata:

"Semasa saya mempelajari al-Qur`an dan Hadith, saya diikat dengan rantai oleh tuan saya, dengan itu saya tidak dapat pergi ke mana-manapun dan terpaksa menumpukan sepenuh masa kepada pelajaran-pelajaran saya."

Sebenarnya ilmu pengetahuan itu hanya boleh diperolehi apabila seseorang itu menumpukan sepenuh perhatian terhadapnya. Para pelajar yang suka menghabiskan masa mereka dengan sia-sia, merayau-rayau kesana-kemari dan hanya bersuka-suka, mereka ini tipis sekali peluang-peluangnya untuk memperolehi pengetahuan yang mendalam. Sebagai hasal dari usaha ini Ikramah digelar sebagai "lautan pengetahuan" dan "umat yang paling terpelajar".

Qatadah berkata: "Ada empat orang yang paling terpelajar sekali di kalangan para Tabiin dan Ikramah merupakan salah seorang dari mereka itu." Related Posts : Al-Quran, Kisah

Selasa, 4 Januari 2011

10 Wasiat Imam Hassan Al banna


10 wasiat imam hassan al-banna
Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha
Penyayang.

1)Wahai kawanku, Segeralah tunaikan solat di awal waktu. Dikala mendengar azan.Usahakanlah semampu terdaya. Ini membuktikan kesungguhan anda. Di situ ada sumber kejayaan Di situ ada sumber pertolongan. Di situ ada sumber taufiq. Perhatikanlah banyak perintah ayat al-Quran. ... dimulakan dengan menyebut solat di awalnya.Perhatikanlah Tuhan mensyariatkan solat... Juga di medan perang. Walaupun... Di saat genting dan cemas.

2)Wahai kawanku, Bacalah al-Quran dan cuba memerhati mesejnya. Selalulah berzikir dan cari ilmu walaupun sedikit. Kurangilah dengan masa yang tidak bertujuan. Sesungguhnya al-Quran adalah sumber asli lautan ilmu. Sumber hidayah kepada anda dan saya.Bacalah al-Quran, kelak ia memberi syafaat. Sentiasalah membaca, menghafal dan... Cuba hayati mesej arahannya. Selalu berzikir, berzikir dan terus berzikir!!! Di sini ada ketenteraman Di sini ada kedamaian. Di sini ada kesalaman Jadilah hamba yang sejahtera.

3)Wahai kawanku, Dorongkanlah diri untuk menguasai Bahasa al-Quran Mulakan dulu walaupun sepatah perkataan Sebenarnya anda telah lama bermula Iaitu sejak anda solat setiap hari Sebut dulu walaupun tak faham. Antara mala petaka pertama menimpa umat kita... Ialah kecuaian menguasai bahasa agamanya. Juga mengutamakan bahasa pasar, Ayuh !!! Apa tunggu lagi Bukalah ruang walaupun seminit !!!

4)Wahai kawanku, Usahlah bertarung idea tanpa adabnya!!! Berdebatlah jika kiranya berbuahkan kebaikan Awasilah pertengkaran Kerana di sana ada unsur lain membisikkan? Syaitannnn namanya !!!

5)Wahai kawanku, Senyumlah selalu tapi bersederhanalah dalam ketawa !!! Rasulullah s.a.w adalah yang paling banyak senyum Beliau ketawa kena pada tempatnya Tapi berpada-pada sahaja, wahai kawan ! Plato juga berharap agar pementasan hiburan... Yang tidak bermutu terlalu banyak ketawa bodoh Hanyalah disaksikan oleh golongan abdi Dan orang upahan asing! Begitu juga Aristotle berpendapat Supaya golongan belia ditegah daripada menyaksikan hiburan-hiburan yang membolehkan perbuatan ketawa berlebih-lebihan. supaya tidak menular. Keburukan dalam diri!!!

6)Wahai kawanku, Seriuslah selalu dan berguraulah berpatutan. Tanpa serius, hilanglah kesungguhan !!! Tanpa bergurau, tawarlah kehidupan. Kata seorang penyair : Berikan kerehatan pada jiwamu Yang sibuk dengan berfikir Ubati dengan bergurau Tapi, Kalau mengubatinya dengan bergurau Mestilah dalam batas Seperti kau masukkan garam ke dalam gulai.

7)Wahai kawanku, Kawallah nada suaramu Setakat yang diperlukan oleh pendengar di depanmu Janganlah jadi seperti orang bodoh. Bahkan menyakit hati orang lain pula!!! Luqman El-Hakim juga mencela orang yang tidak pandai menjaga nada suara pada tempatnya. Itulah katanya suara keldai!!! Surah al-Isra' memberi tip kepada kita... Jangan keraskan suramu dalam solat Tapi jangan pula merendahkannya Carilah jalan tengah di antara keduanya.

8)Wahai kawanku, Usahlah umpat mengumpat Usahlah merendah-rendahkan pertubuhan lain Bercakaplah jika ada unsur kebajikan Ayuh!!! Hindarilah... mengumpat! Tidak sekali mencabuli jemaah-jemaah lain!!! Perkatakanlah kebaikan demi kebajikan bersama. Sukakah anda memakan daging pasti anda suka!! Tapi sukakah anda memakan daging kawan anda yang telah mati?? Sekali-kali tidak!!! Begitulah dosa orang yang mengumpat. Bertaubatlah jika anda mengumpat Tapi mesti minta ampun terhadap orang umpatanmu bersama!!! Boleh mengumpat... apabila ada tujuan syarie.
-untuk menuntut keadilan apabila dizalimi
-untuk menghapuskan kemungkaran
-kerana memberi amaran kepada Muslim tentang kejahatan
-kerana mengisytiharkan kefasikan dan kejahatan.

9)Wahai kawanku, Luaskanlah interaksimu dengan umat manusia Sekalipun mereka tidak diminta berbuat demikian!!! Salam kasih sayang adalah untuk semua Salam kemesraan adalah untuk sejagat. Hulurkanlah, hulurkanlah salam perkenalan... ! Lihatlah pensyariatan ibadah haji. Pelbagai bangsa datang berkunjung!!! Pelbagai lapisan datang berkunjung!!! Pelbagai darjat datang berkunjung!!! Sama-sama menjunjung obor suci Tidak mengenali tapi tak sepi.

10)Wahai kawanku, Maksimumkanlah faedah waktu anda dan Tolonglah orang lain supaya manfaatkan masa. Hadkanlah masa penunaiannya. Biasakan hidup berjadual di hadapan. Bijaksanakanlah menggunakan waktu anda! Bersegeralah, kerana... Sabda Nabi s.a.w bermaksud : "Bertindak segeralah melakukan amal... " (Diulang 7 kali..) Sayanglah masa saudaramu!!! Hormatilah waktu mereka!!! Usahlah berbicara meleret-leret... Tanpa haluan dan noktahnya. wassalam