Posted by Badrut Tamam on Jul 8, '08 12:26 AM for everyone
Category: | Other |
Jabatan menteri agama pernah disandang oleh Tokoh Kita kali ini yang bernama lengkap TGKH Muhammad Zainul Majdi, MA. Koalisi Muda Parlemen Indonesia (KMPI) yang membentuk kabinet bayangan tentu tidak asal comot ketika memilih
Tuan Guru Bajang sebagai menteri agama , dalam proses penyusunan Shadow
Government KMPI melakukannya secara terukur melalui seleksi, kesediaan dan kecakapan. Secara obyektif ulama muda, cerdas dan kharismatik yang juga anggota DPR RI asal Partai Bulan Bintang ini dinilai mampu menduduki pos penting itu.
Tuan Guru Bajang adalah penerus perjuangan sang kakek Maulana Syaikh Zainuddin Abdul Madjid, pendiri Nahdlatul Wathan (NW) yang merupakan ormas Islam terbesar dan memiliki peran menentukan di Nusa Tenggara Barat. Semangat pergerakan yang mengalir dalam diri TGB mengingatkan kita kepada sosok Kiai Haji Mas Mansur, seorang ulama besar dan salah satu pejuang terbaik bangsa yang sesungguhnya juga pemrakarsa berdirinya Madrasah Nadhlatul Wathan di Surabaya.
Tuan Guru Bajang maupun Tuan Guru Mas Mansur tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan yang agamis, sama - sama menyadari pentingnya bekal ilmu yang memadai untuk memandu ummat, menuntut ilmu di almamater yang sama yakni Universitas Al Azhar Cairo (mesir) bahkan TGB mendapat gelar MA dan menjadi kandidat doktor, keduanya adalah ulama yang berketetapan hati bahwa Politik adalah alat dakwah dan media perjuangan sementara perjuangan penegakan syariat Islam harus digelorakan tanpa mengesampingkan kewajiban untuk senantiasa melindungi hak – hak ummat lain yang menjadi minoritas.
Islam yang Rahmatan lil Alamin tidak terjadi dengan sendirinya melainkan sebuah cita – cita yang secara Istiqomah harus diperjuangkan.
Pandangan TGB yang luas tentang Politik
Sesungguhnya seluruh wilayah kehidupan adalah lahan untuk dakwah. Termasuk wilayah politik. Apabila kemaslahatan dakwah menuntut kita untuk memanfaatkan politik, maka terjun ke politik adalah satu keniscayaan. Ketika kita melihat peluang untuk ishlahul ummah (memperbaiki umat) dapat dilakukan melalui jalur politik, maka hal itu harus dilakukan.
Politik (siyasah) dalam pandangan Islam adalah salah satu instrumen atau alat perjuangan. Maka dalam Islam dikenal as-siyasah asy-syar’iyyah yang menerangkan posisi politik sebagai alat dakwah.
Politik dalam Islam adalah politik etis yang mengedepankan cara-cara yang positif dalam mencapai tujuan. Politik dalam Islam tidak dan bukanlah politik yang menghalalkan segala cara. Para nabi, seperti Nabi Sulaiman, Nabi Yusuf bahkan Nabi Muhammad SAW berpolitik. Mereka menjadi pemimpin (raja). Itu tidak menyebabkan mereka berkurang derajat justru semakin mulia di sisi Alloh SWT. Zaman sekarang, politik sering dianggap kotor karena banyak diisi oleh orang-orang yang berpolitik dengan cara kotor, walaupun tentu tidak semuanya. Politik bisa menjadi baik apabila diisi oleh orang-orang baik. Politik itu seperti wadah atau gelas. Diisi racun menjadi mudharat. Diisi madu menjadi bermanfaat.
Sekilas tentang Tuan Guru Bajang
KH. Muhammad Zainul Majdi, MA, alias Tuan Guru Bajang Lahir di Pancor – Lombok Timur pada tanggal 31 Mei 1972 M / 18 Rabiul Akhir 1392 H, merupakan putra ketiga dari pasangan H.M.Djalaluddin, SH dengan Ummi Hajjah Siti Rauhun Zainuddin Abdul Madjid. Mengenyam pendidikan dasar di SDN 2 Mataram, Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah di Madrasah Mua’allimin Nahdlatul Wathan Pancor, Ma’had Daarul Qur’an Wal Hadist Nahdlatul Wathan Pancor. Kemudian melanjutkan study di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al Qur’an Universitas Al Azhar Cairo (Mesir) dan lulus meraih gelar Lc pada tahun 1995 dan Master of Art (MA) pada tahun 2000.
Sejak tahun 2002 menjadi kandidat doktor di Fakultas Ushuluddin Jurusan tafsir dan Ilmu-Ilmu Al Qur’an Universitas Al Azhar Cairo (Mesir). Pada Tahun 1997 Tuan Guru Bajang menikahi Hajjah Rabiatul Adawiyah, SE putri KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafii, Ulama terkenal asal Betawi yang juga Pimpinan Perguruan Islam Pondok Pesantren As Syafiiyah Jakarta, Tuan Guru Bajang telah dikarunia 4 orang putra dan putri.
Selain Aktivitas dakwahnya yang makin luas baik di Nusa Tenggara Barat maupun di Jakarta dan sekitarnya, TGB juga mendapat sejumlah kepercayaan dari ummat yaitu sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan dan Anggota Komisi X DPR-RI periode 2004 – 2009, beliau juga memangku amanat sebagai Rektor Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) Pancor – Lombok Timur, Ketua Yayasan Pendidikan Hamzanwadi dan Pimpinan Pondok Pesantren Darun Nahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor.
Kini Tuan Guru Bajang diberikan amanah yang besar sebagai Pejabat Gubernur yang terpilih melalui Pilkada Langsung pada 7 Juli 2008 kemarin, Tuan Guru Bajang diharapkan mampu memimpin masyarakat NTB untuk bangkit bersama dan mewujudkan masa depan NTB Baru.
Seluruh amanat yang diembannya menunjukkan dedikasi perjuangannya yang besar tidak hanya bagi warga Nahdlatul Wathan, keluarga besar partai bulan bintang dan NTB melainkan demi sebuah pencapaian yang tertinggi untuk ummat, bangsa dan negara.
Selamat Berjuang Tuan Guru…
Selamat Datang Fajar Kebangkitan Syariah di Belahan Timur Indonesia.
(Review oleh Badrut Tamam Gaffas)
Tuan Guru Bajang sebagai menteri agama , dalam proses penyusunan Shadow
Government KMPI melakukannya secara terukur melalui seleksi, kesediaan dan kecakapan. Secara obyektif ulama muda, cerdas dan kharismatik yang juga anggota DPR RI asal Partai Bulan Bintang ini dinilai mampu menduduki pos penting itu.
Tuan Guru Bajang adalah penerus perjuangan sang kakek Maulana Syaikh Zainuddin Abdul Madjid, pendiri Nahdlatul Wathan (NW) yang merupakan ormas Islam terbesar dan memiliki peran menentukan di Nusa Tenggara Barat. Semangat pergerakan yang mengalir dalam diri TGB mengingatkan kita kepada sosok Kiai Haji Mas Mansur, seorang ulama besar dan salah satu pejuang terbaik bangsa yang sesungguhnya juga pemrakarsa berdirinya Madrasah Nadhlatul Wathan di Surabaya.
Tuan Guru Bajang maupun Tuan Guru Mas Mansur tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan yang agamis, sama - sama menyadari pentingnya bekal ilmu yang memadai untuk memandu ummat, menuntut ilmu di almamater yang sama yakni Universitas Al Azhar Cairo (mesir) bahkan TGB mendapat gelar MA dan menjadi kandidat doktor, keduanya adalah ulama yang berketetapan hati bahwa Politik adalah alat dakwah dan media perjuangan sementara perjuangan penegakan syariat Islam harus digelorakan tanpa mengesampingkan kewajiban untuk senantiasa melindungi hak – hak ummat lain yang menjadi minoritas.
Islam yang Rahmatan lil Alamin tidak terjadi dengan sendirinya melainkan sebuah cita – cita yang secara Istiqomah harus diperjuangkan.
Pandangan TGB yang luas tentang Politik
Sesungguhnya seluruh wilayah kehidupan adalah lahan untuk dakwah. Termasuk wilayah politik. Apabila kemaslahatan dakwah menuntut kita untuk memanfaatkan politik, maka terjun ke politik adalah satu keniscayaan. Ketika kita melihat peluang untuk ishlahul ummah (memperbaiki umat) dapat dilakukan melalui jalur politik, maka hal itu harus dilakukan.
Politik (siyasah) dalam pandangan Islam adalah salah satu instrumen atau alat perjuangan. Maka dalam Islam dikenal as-siyasah asy-syar’iyyah yang menerangkan posisi politik sebagai alat dakwah.
Politik dalam Islam adalah politik etis yang mengedepankan cara-cara yang positif dalam mencapai tujuan. Politik dalam Islam tidak dan bukanlah politik yang menghalalkan segala cara. Para nabi, seperti Nabi Sulaiman, Nabi Yusuf bahkan Nabi Muhammad SAW berpolitik. Mereka menjadi pemimpin (raja). Itu tidak menyebabkan mereka berkurang derajat justru semakin mulia di sisi Alloh SWT. Zaman sekarang, politik sering dianggap kotor karena banyak diisi oleh orang-orang yang berpolitik dengan cara kotor, walaupun tentu tidak semuanya. Politik bisa menjadi baik apabila diisi oleh orang-orang baik. Politik itu seperti wadah atau gelas. Diisi racun menjadi mudharat. Diisi madu menjadi bermanfaat.
Sekilas tentang Tuan Guru Bajang
KH. Muhammad Zainul Majdi, MA, alias Tuan Guru Bajang Lahir di Pancor – Lombok Timur pada tanggal 31 Mei 1972 M / 18 Rabiul Akhir 1392 H, merupakan putra ketiga dari pasangan H.M.Djalaluddin, SH dengan Ummi Hajjah Siti Rauhun Zainuddin Abdul Madjid. Mengenyam pendidikan dasar di SDN 2 Mataram, Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah di Madrasah Mua’allimin Nahdlatul Wathan Pancor, Ma’had Daarul Qur’an Wal Hadist Nahdlatul Wathan Pancor. Kemudian melanjutkan study di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al Qur’an Universitas Al Azhar Cairo (Mesir) dan lulus meraih gelar Lc pada tahun 1995 dan Master of Art (MA) pada tahun 2000.
Sejak tahun 2002 menjadi kandidat doktor di Fakultas Ushuluddin Jurusan tafsir dan Ilmu-Ilmu Al Qur’an Universitas Al Azhar Cairo (Mesir). Pada Tahun 1997 Tuan Guru Bajang menikahi Hajjah Rabiatul Adawiyah, SE putri KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafii, Ulama terkenal asal Betawi yang juga Pimpinan Perguruan Islam Pondok Pesantren As Syafiiyah Jakarta, Tuan Guru Bajang telah dikarunia 4 orang putra dan putri.
Selain Aktivitas dakwahnya yang makin luas baik di Nusa Tenggara Barat maupun di Jakarta dan sekitarnya, TGB juga mendapat sejumlah kepercayaan dari ummat yaitu sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan dan Anggota Komisi X DPR-RI periode 2004 – 2009, beliau juga memangku amanat sebagai Rektor Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) Pancor – Lombok Timur, Ketua Yayasan Pendidikan Hamzanwadi dan Pimpinan Pondok Pesantren Darun Nahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor.
Kini Tuan Guru Bajang diberikan amanah yang besar sebagai Pejabat Gubernur yang terpilih melalui Pilkada Langsung pada 7 Juli 2008 kemarin, Tuan Guru Bajang diharapkan mampu memimpin masyarakat NTB untuk bangkit bersama dan mewujudkan masa depan NTB Baru.
Seluruh amanat yang diembannya menunjukkan dedikasi perjuangannya yang besar tidak hanya bagi warga Nahdlatul Wathan, keluarga besar partai bulan bintang dan NTB melainkan demi sebuah pencapaian yang tertinggi untuk ummat, bangsa dan negara.
Selamat Berjuang Tuan Guru…
Selamat Datang Fajar Kebangkitan Syariah di Belahan Timur Indonesia.
(Review oleh Badrut Tamam Gaffas)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan